Peran Ayah Dalam Mengoptimalkan Emosional Anak

Sepanjang abad ke 20, peranan ayah dalam keluarga masih didominasi sebagai pencari nafkah atau penopang ekonomi keluarga. Sehingga ayah menjadi berarti ketika berhasil memiliki status dan mencapai karir tinggi dan mempunyai pendapatan yang banyak. Namun penelitian yang dilakukan diakhir abad 20 menunjukkan adanya pergeseran pandangan. Ayah tidak hanya menyediakan materi untuk membesarkan anak saja, tapi juga terlibat langsung dalam perawatan dan pengasuhan anak. Faktor penyebabnya antara lain pengalaman masa kecil yang penuh dengan kekerasan atau kurang terlibatnya ayah mereka terdahulu, sehingga para ayah tidak ingin mengulang hal yang sama pada anak- anaknya.

Didunia yang sarat dengan kompetisi, memaksa para ayah dan orang tua bekerja pada umumnya menggunakan sebagian besar waktunya untuk bekerja dan mengejar prestasi. Akibatnya, banyak para ayah yang semakin sulit menemukan waktu khusus bersama anaknya. Sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin cepat dan bertambahnya tuntutan pekerjaan yang kompetitif, membuat beberapa perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Keadaan ini dapat membawa masyarakat pada ketidak pekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satu cara untuk meminimalisir dampak negative tersebut adalah meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan anak, mengupayakan peningkatan stabilitas sosial dan pencapaian dibidang akademis.

Penelitian menunjukkan bahwa kedekatan ayah dengan anaknya memberikan efek psikologis yang kuat pada anak. Hal ini tentu saja dapat mengoptimalkan kecerdasan emosional anak.Bahkan Michael E. Lamb dalam bukunya The Role Of The Father in Child Development mengatakan bahwa ayah ideal adalah ayah yang memiliki cukup waktu luang untuk keluarga ditengah kesibukan pekerjaan yang cukup padat.

Lagipula dilihat dari sudut pandang anak, pendekatan sang ayah sangat berbeda dengan cara pendekatan sang ibu. Para ayah cenderung melakukan aktivitas daripada sekedar mengobrol atau membicarakan sesuatu. Permainan yang dilakukan bersama ayah biasanya mengajarkan kompetisi yang dapat melatih kemampuan mental dan fisik anak untuk belajar mengeksplorasi dunia serta mengenal kemampuan tubuhnya. Para ayah cendrung mengajarkan sesuatu dengan cara praktek dalam mengembangkan ketrampilan gerak serta dalam memberikan batasan – batasan perilaku moral. Sangat berbeda sekali dengan pendekatan ibu yang lebih sering mengajarkan permainan yang penuh fantasi dan membutuhkan kerja sama. Atau dengan kata lain pola asuh ayah bersifat fisik dan berenergi, lebih bebas, spontan, santai dan simple. Sedangkan pola asuh ibu cenderung bersifat sosial dan emosional, lebih hati- hati dan serba “lurus”. Sehingga pola asuh ayah dapat menjadi penyeimbang pola asuh ibu di rumah.

Ketika seorang anak tenggelam dalam keasyikan bermain bersama ayah, maka segala hal yang menghambat komunikasi ayah- anak akan terbuka dengan sendirinya. Anak akan berani membuka diri mengenai masalah- masalahnya didepan ayah tanpa perlu merasa takut. Anak tidak hanya terbantu dalam mengembangkan persahabatan yang sehat dan mencapai prestasi akademik yang baik, tetapi juga menjadi orang dewasa yang baik kelak di kemudian hari. Anak menjadi lebih mudah bersosialisasi dan lebih berani mengemukakan pendapat, Selain itu anak dapat belajar cara- cara menyelesaikan masalah, kemandirian serta memiliki wawasan berpikir yang lebih luas.Tidak heran kalau dalam penelitian yang dilakukan Frank Pedersen, Ph.D dari National Institutes of Health di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak anak yang dekat dengan ayah akan mencapai nilai yang lebih tinggi pada tes kemampuan kognitif ketika ia besar.

Dalam hubungan ayah dengan anak, yang terpenting bukan jumlah waktunya, tetapi kualitas waktunya. Terutama jika waktu ayah sangat terbatas, para ayah perlu memastikan bahwa kesempatan bersama anak harus bermutu.

Pada umumnya para ayah memiliki pandangan yang berbeda terhadap anak laki- laki dan anak perempuannya. Mereka lebih cendrung bersikap “lunak” terhadap anak perempuan dengan alasan anak perempuan lebih tenang. Para ayah cenderung lebih ingin mengendalikan anak laki- lakinya. Sistem kerja otak laki- laki berorientasi spasial. Inilah yang membuat anak laki- laki lebih menyukai kegiatan yang membutuhkan energi fisik seperti kejar- kejaran, bermain bola, berpetualang, dll. Hal ini juga yang menyebabkan anak laki- laki cenderung kurang trampil dalam berbahasa verbal dan lambat dalam ketrampilan membaca dibandingkan dengan anak perempuan. Meskipun secara fisiologis dan system kerja otak anak laki- laki dan anak perempuan berbeda, mereka punya potensi kecerdasan yang sama. Disinilah peran penting ayah dibutuhkan, dengan memberikan kegiatan- kegiatan yang dapat merangsang dan memperkuat bagian- bagian lemah dan memberi rangsang pada potensi kecerdasan anak.

Kegiatan yang dapat dilakukan ayah bersama anaknya dapat terbagi menjadi tiga garis besar yaitu: Melakukan aktivitas sehari- hari, Berolah raga dan melakukan kegiatan bertualang, Bermain bersama anak.

Bertualang, dalam kegiatan ini anak akan terpenuhi kebutuhannya akan kegiatan yang membutuhkan spasial (ruang) dan melepaskan ketegangannya. Anak juga memperoleh rangsang dibidang kecerdasan naturalis atau cerdas alam.mereka belajar mengelompokkan benda, belajar menghitung(cerdas angka) dan mengasah kemampuan verbal (cerdas kata )

Berolah raga bersama, seperti main sepak bola atau sekedar lari pagi keliling komplek perumahan. Kegiatan seperti ini dapat melatih kecerdasan kinestetik dan spasial anak.

Membaca bersama atau menonton acara favorit bersama. Dengan membaca bersama anak terlatih mengenal huruf dalam rangka merangsang kecerdasan linguistuk, berlatih berhitung. Menonton film kesayangan bersama dapat menjadi media ayah untuk memasukkan nilai nilai moral yang baik.

Melakukan aktivitas sehari- hari, seperti mencuci mobil dapat melatih kerja sama, dan kemandirian.

Masih banyak kegiatan menarik yang dapat dilakukan para ayah bersama anak- anaknya. Namun yang perlu diingat bahwa anak sangat membutuhkan keterlibatan ayah secara langsung bukan sebagai penonton atau pengamat aktivitas anak. Sehingga diharapkan terjadi transfer emosional yang positif secara optimal dari ayah kepada anak- anaknya.


====== oo0 oo ======


Comments :

0 komentar to “Peran Ayah Dalam Mengoptimalkan Emosional Anak”

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua tentang perkembangan psikologi dan perkembangan emosional anak, sehingga bisa mencari solusi permasalahan anak dengan tepat.

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa meng-akumudir style dan potensi anak, jadi sekolah yang favorit menurut kebanyakan orang belum tentu baik untuk anak kita."Cuplikan dialog (Red)

KANTOR " BINA KREATIF "

KANTOR " BINA  KREATIF "
Alhamdulillah Kantor sekaligus tempat berbagi pengetahuan tumbuh kembang anak telah dioprasikan. Ingin Info lebih banyak silahkan Hubungi Management BKKC : 021 95192514 semoga banyak manfaatnya. Amin.

TEAM BINA KREATIF KIDS CARE

TEAM  BINA KREATIF KIDS CARE
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing , tugas kita sebagai orang tua hanyalah membimbing , mengarahkan dan mendidiknya dengan baik. Kesabaran dalam mengasuh anak adalah kunci utama keberhasilan menjadikan anak - anak yang hebat , berakhlaq dan cerdas.
 

INFO 2009

INFO  2009

CONSULTING INFORMATION

CONSULTING  INFORMATION

INGIN KONSULTASI PSIKOLOGI

INGIN  KONSULTASI PSIKOLOGI