BERBAGI ILMU DAN BER-INFAQ


Kepada Yth.
Bapak / Ibu Saudara - saudaraku yang berbahagia.

Assalamualaikum Wr wb
Semoga Rahmat dan Hidayah Alloh selalu menyertai kita semua amin. Di Bulan Yang Penuh Barokah ini Kami mengajak saudaraku untuk sama – sama berbagi pengetahuan sekaligus ber infaq. Alhamdulillah Kami sedang membangun Sekolah Untuk Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) di Jl. Akar Wangi I no 10 Komplek Departement Pertanian Citayam.
Saat ini murid yang telah kami luluskan kurang lebih 40 siswa dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya , dan saat ini yang bisa ditampung hanya 8 – 10 siswa karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Dan masih puluhan anak yang menunggu penanganan. Untuk itu saya mengajak saudaraku untuk berinfaq dan berbagi , Insyaalloh besarnya Rp 80.000,- + ongkos kirim Rp 10.000,- lebih juga boleh . Infaq dari anda akan kami alokasikan untuk pembangunan sekolah ABK.

Dengan Infaq Rp 80. 000,- anda kami beri
• Buku berjudul Parenting Revolution 1 buku.
• Buku berjudul Smart Parenting 1 buku
• Peraga Konsentrasi “Binner Imajinative” 1 set
• DVD Seninar Parenting bersama Kak Wien 1 CD

Infaq anda bisa ditransfer melalui :
BANK BCA , BANK MANDIRI , DAN BANK BRI
Ingin transfer silahkan SMS ke 08151853874 atau ke 085743328407 atau phone ke 021 87987089

Kirimkan alamat lengkap anda beserta no telephone yang bisa kami hubungi. Semoga keikhlasan anda dibalas oleh Alloh Swt. Sebagai amal sholeh yang akan terus mengalir selama proses pembelajaran terus berlangsung. Amin ya rabbal’alamin.
Jaza Kumulloh Khoiron katsiron.
Wassalamualaikum wr wb

Hormat kami,

Management Bina Kreatif

RENUNGAN HARI INI


KISAH SAHABATKU
Dewi adalah sahabatku, ia adalah seorang mahasiswi yang pintar. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yg terbaik di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not to be the best?,” itu mottonya.. bahkan Dewi dapat beasiswa untuk studi Hukum Internasional di luar negri.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Dewi mendapat pendamping hidup yang ”selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Tak lama berselang lahirlah Bayu, buah cinta mereka, anak pertamanya tersebut lahir ketika Dewi diangkat manjadi staf diplomat, bertepatan dengan suaminya meraih PhD. Maka lengkaplah sudah kebahagiaan mereka.
Ketika Bayu, berusia 6 bulan, kesibukan Dewi semakin menggila.., nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Sebagai seorang sahabat setulusnya aku pernah bertanya padanya, “Tidakkah si Bayu masih terlalu kecil utk ditinggal-tinggal oleh ibundanya?” Dengan sigap Dewi menjawab, “Oh, aku sudah mengantisipasi segala sesuatunya dgn sempurna”. “Everything is OK!, Don’t worry Everything is under control kok!” begitulah selalu ucapannya, penuh percaya diri.
Ucapannya itu memang betul-betul ia buktikan. Perawatan anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter termahal. Dewi tinggal mengontrol jadwal Bayu lewat telepon. Pada akhirnya Bayu tumbuh menjadi anak yg tampak lincah, cerdas mandiri dan mudah mengerti.
Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang betapa hebatnya ibu-bapaknya. Tentang gelar Phd. dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yg berlimpah. “Contohlah ayah-bundamu Bayu, kalau Bayu besar nanti jadilah seperti Bunda”. Begitu selalu nenek Bayu, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.
Ketika Bayu berusia 5 tahun, neneknya menyampaikan kepada Dewi kalau Bayu minta seorang adik utk bisa menjadi teman bermainnya di rumah apa bila ia merasa kesepian.
Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Dewi dan suaminya kembali meminta pengertian anaknya. Kesibukan mereka blm memungkinkan utk menghadirkan seorang adik buat Bayu. Lagi-lagi bocah kecil inipun mau ”memahami” orangtuanya.
Dengan bangga Dewi mengatakan bahwa kamu memang anak hebat, buktinya, kata Dewi, kamu tak lagi merengek minta adik. Bayu, tampaknya mewarisi karakter ibunya yg bukan perengek dan sangat mandiri. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Dewi padaku, Bayu selalu menyambut kedatangannya dgn penuh ceria. Maka, Dewi sering memanggilnya malaikat kecilku. Sungguh keluarga yg bahagia, pikirku. Meski kedua orangtuanya super sibuk, namun Bayu tetap tumbuh dgn penuh cinta dari orang tuanya. Diam-diam, aku jadi sangat iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Dewi berangkat ke kantor, entah mengapa Bayu menolak dimandikan oleh baby sitternya. Bayu ingin pagi ini dimandikan oleh Bundanya, “Bunda aku ingin mandi sama bunda…please…please bunda”, pinta Bayu dgn penuh harap.
Karuan saja Dewi, yg detik demi detik waktunya sangat diperhitungkan merasa gusar dgn permintaan anaknya. Ia dgn tegas menolak permintaan Bayu, sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Bayu agar mau mandi dgn baby sitternya. Bayu dgn penuh pengertian mau menurutinya, meski wajahnya cemberut.
Peristiwa ini terus berulang sampai hampir sepekan. “Bunda, mandikan aku!” Ayo dong bunda mandikan aku sekali ini saja…?”, kian lama suara Bayu semakin penuh tekanan. Tapi toh, Dewi dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Bayu sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Bayu bisa ditinggal juga dan mandi bersama Mbanya.
Sampai suatu sore, Dewi dikejutkan oleh telpon dari sang baby sitter, “Bu, hari ini Bayu panas tinggi dan kejang-kejang. Sekarang sedang diperiksa di Ruang Emergency”.
Dewi, ketika diberi tahu soal Bayu, sedang meresmikan kantor barunya di Medan. Setelah tiba di Jakarta, Dewi langsung ngebut ke UGD. Tapi Sayang … terlambat sudah…Tuhan sudah punya rencana lain. Bayu, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh Tuhannya.. Terlihat Dewi mengalami shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah untuk memandikan putranya, setelah beberapa hari lalu Bayu mulai menuntut ia untuk memandikannya, Dewi pernah berjanji pada anaknya untuk suatu saat memandikannya sendiri jika ia tidak sedang ada urusan yg sangat penting.
Dan siang itu, janji Dewi akhirnya terpenuhi juga, meskipun setelah tubuh si kecil terbujur kaku. Di tengah para tetangga yang sedang melayat, terdengar suara Dewi dengan nada yang bergetar berkata “Ini Bunda Nak…., hari ini Bunda mandikan Bayu ya…Sayang….! akhirnya Bunda penuhi juga janji Bunda ya Nak..”. Lalu segera saja satu demi satu orang-orang yang melayat dan berada di dekatnya tersebut berusaha untuk menyingkir dari sampingnya, sambil tak kuasa untuk menahan tangis mereka.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, para pengiring jenazah masih berdiri mematung di sisi pusara sang Malaikat Kecil.. Berkali-kali Dewi, sahabatku yang tegar itu, berkata kepada rekan-rekan disekitarnya, “Inikan sudah takdir, ya kan..!” Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya di panggil, ya dia pergi juga, iya kan?”. Aku yang saat itu tepat berada di sampingnya diam saja. Seolah-olah Dewi tak merasa berduka dengan kepergian anaknya dan sepertinya ia juga tidak perlu hiburan dari orang lain.
Sementara di sebelah kanannya, Suaminya berdiri mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pucat pasi dengan bibir bergetar tak kuasa menahan air mata yg mulai meleleh membasahi pipinya.
Sambil menatap pusara anaknya, terdengar lagi suara Dewi berujar, “Inilah konsekuensi sebuah pilihan!”, lanjut Dewi, tetap mencoba untuk tegar dan kuat.
Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja yang menusuk hidung hingga ke tulang sumsum. Tak lama setelah itu tanpa diduga-duga tiba-tiba saja Dewi jatuh berlutut, lalu membantingkan dirinya ke tanah tepat di atas pusara anaknya sambil berteriak-teriak histeris. “Bayu maafkan Bunda ya sayang..!!, ampuni bundamu ya nak…? serunya berulang-ulang sambil membenturkan kepalanya ke tanah, dan segera terdengar tangis yang meledak-ledak dengan penuh berurai air mata membanjiri tanah pusara putra tercintanya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya. Sepanjang persahabatan kami, rasanya baru kali ini aku menyaksikan Dewi menangis dengan histeris seperti ini.
Lalu terdengar lagi Dewi berteriak-teriak histeris. “Bangunlah Bayu sayangku….Bangun Bayu cintaku, ayo bangun nak…..?!?”, pintanya berulang-ulang, “Bunda mau mandikan kamu Sayang…. Tolong beri kesempatan Bunda sekali saja Nak…. Sekali ini saja, Bayu.. anakku…?”. Dewi merintih mengiba-iba sambil kembali membenturkan kepalanya berkali-kali ke tanah lalu ia peluki dan ciumi pusara anaknya bak orang yg sudah hilang ingatan. Air matanya mengalir semakin deras membanjiri tanah merah yg menaungi jasad Bayu.
Senja semakin senyap, aroma bunga kamboja semakin tercium kuat menusuk hidung membuat seluruh bulu kuduk kami berdiri menyaksikan peristiwa yang menyayat hati ini… Tapi apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur. Bayu tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dimandikan oleh orang tuanya karena mereka merasa bahwa banyak hal yang jauh lebih penting dari pada hanya sekedar memandikan seorang anak.
Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua yang sering merasa hebat dan penting dengan segala kesibukannya.

~~~000~~~

Bina Kreatif Talk About........


BINA KREATIF talk about………………….. “ PRE TEEN”

MAMA….PAPA….
AKU UDAH GEDE……..!!


Dalam hampir di setiap pertemuan Parenting Course yang kami adakan dengan pihak sekolah yang menjadi member kami, banyak dijumpai orang tua yang mengeluhkan tentang anaknya yang berusia 10 tahun keatas. Dalam satu kasus pernah seorang ibu merasa bingung dengan perubahan sikap anaknya yang berbalik 180 derajat. “ Anak saya dulunya sangat penurut, tidak banyak tingkah, dan tidak punya masalah disekolah. Awalnya saya pikir ia stress menghadapi pelajaran sekolah, tetapi prestasinya baik – baik saja tuh…..guru disekolah juga tidak mengeluh tentang sikapnya disekolah. Tapi kenapa ya akhir – akhir ini ia terlihat agak pendiam dirumah, dan kalau adik atau kakaknya menggoda sedikit saja ia sudah menunjukkan marah yang luar biasa.emosinya meledak- ledak….ada apa ya?”
Ayah……Ibu……. menjadi orang tua adalah sebuah kehormatan yang luar biasa yang telah diberikan Tuhan pada kita. Sebuah tugas mengemban amanah yang penuh dengan tantangan yang ternyata bisa menakutkan bagi kita. Bagaimana tidak? “ Tugas” ini memberikan banyak sekali kejutan yang mungkin tidak pernah kita alami atau tidak pernah kita bayangkan sebelumnya dan mungkin saja tidak akan kita jumpai lagi dimasa yang akan datang. Dulu kita pernah berpikir akan menjadi orang tua yang sempurna bagi anak kita. Namun apa yang terjadi…? Ketika anak – anak bertambah usia dan memasuki fase yang berbeda, banyak orang tua yang kalang kabut bak orang kebakaran jenggot menghadapi segala tingkah polah anaknya yang sungguh diluar dugaan.
Ayah…Ibu…. Dalam rentang usia 9 - 11 tahun adalah awal dimulainya masa pra pubertas. Batasan usia ini bervariasi pada setiap tempat dan kondisi. Ada yang mengalami lebih cepat atau bahkan lebih lambat. Pada masa ini dalam diri anak mulai terjadi transisi dari masa kanak- kanak ke masa remaja.
Setiap orang tua pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan stabil, oleh karena itulah perubahan yang terjadi pada anak prapubertas terkadang menimbulkan goncangan yang membuat segalanya kacau balau. Jika diibaratkan masa kanak- kanak adalah sebuah pelabuhan maka anak kita bagai kapal yang tertambat dengan aman didalamnya. Ia terawat dengan baik, segala keinginannya terpenuhi, berlabuh di air yang tenang. Selama masa tenang itulah ia mendapat berbagai macam “ilmu berlayar” seperti bagaimana mengendalikan kemudi, membentangkan layar, menghadapi badai, dll. Namun ketika jangkar diangkat, sang kapal harus siap berhadapan dengan samudera luas yang penuh dengan tantangan. Demikian halnya dengan anak – anak kita, dengan bertambahnya usia semakin banyak ilmu yang diperoleh baik itu dari sekolah, teman, televisi atau bahkan internet. Dan yang harus dicatat dan diperhatikan oleh para orang tua adalah kenyataan bahwa anak mulai sadar bahwa orang tuanya bukanlah sosok sempurna dimata mereka. Jadi jangan heran jika anak kita jadi lebih sering membantah kata – kata kita. “ Enggak gitu pa………., kata ayahnya Andi kan gini….gini…gini……..” dengan semangat menjelaskan argumentasinya tanpa menghiraukan kita sebagai orang tua yang merasa sudah kalah saing dengan orang lain. Lantas bagaimana ya menghadapi anak di usia – usia ini?
Masa prapubertas sebenarnya bukanlah masa paling penting dalam siklus perkembangan anak namun bisa jadi masa – masa yang menyulitkan bagi orang tua dan anak. Yang paling bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut adalah hadirnya HORMON PERKEMBANGAN. Kehadiran hormon ini menyebabkan perkembangan diberbagai aspek kehidupan anak. Mulai dari fisik, seksual, psikis, intelektual maupun moral. Kehadiran hormon Estrogen contohnya, membuat payudara anak perempuan membesar dan kadang merasa sakit, pinggul juga mengembang, dan muncul rambut di ketiak. Hal ini tentunya membuat anak merasa tidak nyaman dan seringkali merasa malu. Belum lagi tidak lama setelah ini anak perempuan mulai mengalami menstruasi dan muka mulai jerawatan. Atau mulai bekerjanya hormone Testoteron yang membuat perubahan pada anak laki-laki, suaranya mulai berubah begitu pula alat kelaminnya. Muka mulai ditumbuhi kumis tipis diwajahnya atau seperti pada perempuan mulai timbul jerawat, mulai ditumbuhi rambut di beberapa bagian tubuh. Hal yang paling membingungkan bagi anak apalagi jika orang tua tidak cukup membekali anak dengan pengetahuan seks sejak dini.
Bekerjanya hormone perkembangan ini pula yang harus bertanggung jawab terhadap perubahan mood pada anak. Emosi bisa naik dan turun tidak menentu. Kondisi inilah yang menyebabkan anak – anak menjadi gelisah, bingung, cemas, gundah,takut, dan berbagai perasaan lainnya. Anak mungkin menjaga jarak dengan orang tuanya dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Mungkin saja ini disebabkan karena teman sebaya juga mengalami hal yang sama sehingga ia merasa memiliki teman senasib sepenanggungan yang bisa diajak bicara.
Ayah… Ibu…. saingan kita sebagai orang tua disekitar anak sangat banyak lho…. Mulai dari teman – teman sebaya anak, televisi, game/PS, Internet, majalah,dan masih banyak lagi. Apakah kita rela membiarkan anak lebih asyik chatting dengan teman dari dunia maya dan malah cuek dengan kehadiran kita didekatnya? Akses pertemanan mulai merajalela melalui FaceBook sementara orang tua malah buta sama sekali dengan internet. Anak yang haus dengan keingin tahuan yang dalam mengenai seks pada akhirnya lebih memilih mencari informasi melalui orang lain atau situs – situs porno daripada melalui orang tuanya sendiri karena belum apa – apa orang tua sudah menutup rapat akses tersebut. Banyak orang tua yang apabila anaknya bertanya tentang masalah seks malah menghindar dengan alasan tabu atau risih membicarakannya. Kalau anak bertanya “Ma….kenapa ya burungku ( maaf, maksudnya penis) jadi membesar kalau dipegang?” bukannya menjawab secara ilmiah malah mengalihkan “Hus….kecil – kecil ngomong jorok, udah ntar juga kamu tahu.” Akibatnya anak jadi malas bertanya pada kita. ”Toh ntar aku dianggap masih anak kecil dan malu – maluin.” Maka hilanglah kesempatan emas kita untuk berkomunikasi dengan anak. Dampak lainnya , anak jadi punya pandangan negatif mengenai seks. Padahal informasi tentang seks yang diterima anak melalui orang lain atau media informatika belum tentu dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Apalagi dunia hiburan cenderung mengidentifikasikan seks secara vulgar dan dekat dengan hal- hal yang diharamkan agama. Seandainya saja orang tua bisa mengkomunikasikan pengetahuan tentang seks secara ilmiah, banyak sekali keuntungan yang didapatkan anak antara lain anak punya pandangan positif mengenai seks, anak lebih menghargai dirinya, bisa menjaga diri dan kehormatannya dan menganggap cinta dan kasih sayang adalah mukjizat dan keagungan Tuhan yang patut disyukuri. Toh berbicara seks tidak hanya sebatas urusan pemuasan nafsu biologis semata, tapi bagaimana cara kita menghargai diri sendiri dan orang lain, bagaimana memperlakukan lawan jenis, bagaimana cara kita mengungkapkan kasih sayang, memahami perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuh, memahami bagaimana siklus hidup manusia dari hanya setetes mani sampai berbentuk sempurna, dan banyak lagi hal yang bisa diangkat dari pokok bahasan ini. Bukankah kita bisa mengaitkan semua itu dengan Keagungan dan Kebesaran Tuhan.
Masa pra pubertas juga ditandai dengan munculnya privasi anak. Anak sudah tidak mau terlalu dicampuri urusannya oleh orang tua. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri. Tidak usah heran jika ada anak yang begitu kesal kalau orang tua mulai melancarkan “ interogasi” layaknya seorang polisi. Maksudnya memang bener sih……, untuk mengontrol kegiatan anak. Tapi kalau caranya salah, anak bukannya dekat dengan orang tua tapi malah menjauhi. Mereka lebih senang main rahasia dibelakang kita. Main rahasia saat naksir lawan jenis, rahasia waktu pertama kali nyoba ngerokok, rahasia punya pacar sampai harus backstreet, tapi jangan sampai rahasia nyoba narkoba atau pergaulan bebas ya….. naudzubillahi min dzalik!!!
Kehadiran sosok idola makin mewarnai kehidupan anak diusia pra pubertas. Anak mulai mencari figure lain yang dianggap mampu mengisi kekurangan yang tidak ia dapatkan dan miliki. Ingat…… anak sudah merasa orang tua bukan sosok sempurna melainkan manusia biasa yang penuh kekurangan sama dengan dirinya. Sosok idola ini mungkin belum sampai pada aktor/aktris, penyanyi atau pahlawan nasional, tetapi sosok ini biasanya yang paling dekat dan sering berinteraksi dengan anak selain orang tuanya. Beberapa anak yang kami survey menyebutkan sosok itu bisa saja om,tante,guru sekolah,guru privat, guru music, pelatih olah raganya, dsb. Alasannya juga masih sangat sederhana, figure ini dianggap “penuh perhatian dan baik hati.” Lho…….bukannya ayah ibu malah lebih perhatian? Dengan lugunya mereka menjawab, “ abis aku sering dimarahin sih, mama bawaannya curiga melulu, nanya melulu, aku kan bukan anak kecil lagi, aku udah gede……..”
Disinilah peran orang tua sebagai sahabat dibutuhkan untuk memberikan penjelasan kepada anak dan mengarahkan anak kepada hal – hal yang positif. Sahabat itu bukan orang yang kerjanya men-justice dan ngomel sepanjang hari mengomentari kekurangan anak lho..! tetapi sosok yang bisa menjadi pelabuhan bagi anak saat ia lelah mengarungi samudera kehidupan yang luas ini, bisa memberikan ketenangan disaat ia bingung dengan goncangan – goncangan kehidupan dan bisa memuaskan dahaganya atas keingin tahuan yang besar atas kehidupan ini.
Kebanyakan problem mendasar bagi orang tua dalam menghadapi anak pra pubertas adalah kurangnya waktu untuk berkomunikasi dan bagaimana cara berkomunikasi yang paling efektif. Yang harus diigat bahwa komunikasi tersebut harus bisa menghargai posisi anak sebagai subyek bukan hanya sekedar obyek. Komunikasi yang sehat harus berjalan dua arah, artinya anak pun punya kesempatan yang sama untuk mengungkapkan pendapatnya. Bagi yang pernah punya pengalaman masa kecil dengan orang tua otoriter sangat tidak menyenangkan bukan? Kalau kita mengeluarkan pendapat sedikit saja, sudah dianggap ngelawan orang tua, dianggap anak durhaka, waduh…gawat. Tapi itu dulu…….! Kalau saat ini kita nekat menerapkan pola asuh warisan leluhur, wah……..bisa- bisa kita jadi musuh nomor 1 anak. Oleh karena itu tidak salah kata – kata bijak yang mengatakan “Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya”. Nah sekarang jamannya komunikasi tanpa batas, jadi… ya orang tua harus bisa bersaing dengan tv,internet, dan media komunikasi lainnya. Kalau dulu hiburan cuma TVRI sekarang beratus – ratus chanel bisa dijelajahi anak. Kalau dulu kita harus keluar rumah untuk mendapat teman, sekarang anak tinggal duduk manis dikamar dan asyik dengan FaceBooknya.
Bagaimana ayah…ibu….apakah anda siap menjalin komunikasi dengan anak anda sebelum segalanya menjadi terlambat?
Beberapa tips yang bisa diterapkan orang tua dalam menghadapi anak di masa pra pubertas:
1. Terima anak apa adanya dan bersyukur atas kelebihan dan kekurangan anak kita. Jangan sekali – kali menginginkan anak kita seperti kita dahulu atau seperti anak lain. Misalnya mentang – mentang sang Bunda dulunya suka gaul lantas memaksakan anaknya yang orang rumahan harus bisa seperti sang Bunda. Atau melihat tetangga yang anaknya berprestasi bidang akademis, kita memaksakan anak untuk bisa rangking satu di kelas. Dengan menerima anak apa adanya maka anak akan merasa dihargai sebagai sosok individu, merasa dihormati dan merasa istimewa. Bantu anak menghadapi kelemahannya dan mendorong potensi/kelebihan yang dimilikinya.
2. Jalin komunikasi yang sehat secara terus menerus. Ingat…! Jangan bersikap seperti polisi yang sedang menginterogasi dan memposisikan anak seperti obyek pesakitan tetapi posisikan anak sebagai subyek yang bisa juga mengemukakan pendapat. Hilangkan anggapan anak suka melawan ortu dsb. Anak tidak bermaksud merendahkan orang tuanya kok, tetapi hanya ingin menyuarakan pendapatnya saja. Hal ini tentu tidak akan menghilangkan wibawa orang tua dimata anak.
3. Hormati privasi anak. Biar bagaimanapun anak sudah merasa sebagai individu yang mandiri. Jika orang tua terus menerus ingin turut campur dalam privasi anak bukan tidak mungkin hal ini malah akan mengikis jiwa mandirinya. Dalam hal ini orang tua hanya bisa memberi pendapat tanpa intervensi terlalu jauh. Jangan buru – buru menganggap anak telah menolak kehadiran anda atau menghiraukan anda, mereka hanya butuh sedikit ruang untuk menemukan jati dirinya.
4. Bantu anak untuk memahami suatu kondisi. Berikan pandangan positif atau negatif tentang suatu hal sehingga anak melatih diri untuk bisa melihat masalah dari dua sisi yang berbeda dan mampu mengambil keputusan yang terbaik terhadap suatu masalah.
5. Hormati segala keputusan dan tindakan yang diambil anak apapun hasilnya. Hal ini akan melatih tanggung jawab atas resiko yang muncul dari tindakannya. Jika ia melakukan kesalahan jangan buru - buru ber”negative thinking” dan menghukumnya. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik.
6. Penuhi rasa ingin tahunya seputar pendidikan seks semenjak dini. Pengetahuan seks yang diberikan secara benar dan ilmiah akan jauh dari kesan vulgar kok. Jadi jangan ragu memberi informasi seputar seks kepada anak anda sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan daya nalarnya.
Ayah……Ibu…… dalam menjalankan peran kita sebagai orang tua mungkin kita tidak akan menjadi orang tua yang sempurna, tapi kita bisa menjadi orang tua yang baik dan bahkan menjadi orang tua hebat yang suatu saat nanti bisa dibanggakan anak. Untuk itu setiap orang tua perlu menerapkan hal mendasar dan utama yaitu mendidik dengan kasih sayang, menyediakan cukup waktu untuk berkomunikasi, jadilah sahabat terbaik bagi anak dan rasa percaya diri yang kuat untuk bisa mendampingi anak di setiap fase perkembangannya.

Bina Kreatif , Januari 2011

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua tentang perkembangan psikologi dan perkembangan emosional anak, sehingga bisa mencari solusi permasalahan anak dengan tepat.

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa meng-akumudir style dan potensi anak, jadi sekolah yang favorit menurut kebanyakan orang belum tentu baik untuk anak kita."Cuplikan dialog (Red)

KANTOR " BINA KREATIF "

KANTOR " BINA  KREATIF "
Alhamdulillah Kantor sekaligus tempat berbagi pengetahuan tumbuh kembang anak telah dioprasikan. Ingin Info lebih banyak silahkan Hubungi Management BKKC : 021 95192514 semoga banyak manfaatnya. Amin.

TEAM BINA KREATIF KIDS CARE

TEAM  BINA KREATIF KIDS CARE
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing , tugas kita sebagai orang tua hanyalah membimbing , mengarahkan dan mendidiknya dengan baik. Kesabaran dalam mengasuh anak adalah kunci utama keberhasilan menjadikan anak - anak yang hebat , berakhlaq dan cerdas.
 

INFO 2009

INFO  2009

CONSULTING INFORMATION

CONSULTING  INFORMATION

INGIN KONSULTASI PSIKOLOGI

INGIN  KONSULTASI PSIKOLOGI