Ngobrol Pagi Bareng Kak Wien .......


TIPS MINGGU – MINGGU PERTAMA ANAK MASUK SEKOLAH ( Edisi Prasekolah dan SD )
Bapak ibu yang berbahagia… banyak surat masuk ke e- mail kami terutama bagaimana peran orang tua menghadapi permasalahan anak di awal sekolah :
1. Dari Mama Della, mama Ira , Mama Syahdan , mama Hani , Mama Yoga , Papanya arief, ayah Nisa dan bundanya Icha, menanyakan alternative sekolah yang ada lokasinya jauh dari rumah bagaimana kiat – kiatnya supaya anak tetap nyaman bersekolah yang jauh ?

Jawab :
Dunia anak masih kental dengan bermain… dan ternyata bermain yang paling asyik adalah di rumah , meski disekolah juga ada bermain tetapi konsepnya sudah berbeda , karena kalau bermain disekolah itu di lingkungan formal jadi masih dalam kategori tugas bermain…….
Bapak dan ibu yang berbahagia….. memang idealnya jarak sekolah dengan rumah itu maksimal ditempuh dalam 15 - 20 menit, sehingga waktu anak tidak habis di perjalanan. Coba bayangkan kalau perjalanan anak sekolah 40 menit – 1 jam….. jam berapa anak harus bersiap – siap kadang – kadang orang tua merasa itu adalah satu proses pembelajaran kedisiplinan, keteraturan dan pembelajaran kemandirian. Kalau harus sampai sekolah jam 7 pagi berarti jam 6 sudah siap ( sudah mandi , sudah makan dll ) berapa kali orang tua harus marah – marah karena anak susah bangun… berapakali harus marah – marah karena mandi dan ganti bajunya terlalu lama, makan terlalu lama, … bisa jadi sebelum berangkat sekolah anak sudah terbebani karena kita sering marah dengan anak. Sedangkan anak kesekolah membutuhkan kondisi psikologis yang nyaman sehingga konsentrasi anak tetap terjaga dengan baik.
Bapak ibu yang berbahagia…… gambaran diatas kalau baru punya satu anak , bagaimana kalau mempunyai 2, 3 , atau 4 anak. Bisa – bisa anak dan ibunya mendadak jadi stress…..
Pulang sekolahpun sudah lelah, belum lagi dia harus mengerjakan PR – PR nya, lalu kapan kesempatan anak – anak untuk lebih leluasa mengembangkan “personal dan Kreativitasnya” kalau boleh jujur saat ini telah banyak tercetak “Robot- robot manusia” mereka terbiasa dengan rutinitas yang padat. Sehingga mereka lupa bahwa mereka harus belajar bertahan hidup dengan saling menghormati , saling memahami dan menghargai pribadi lain. Tapi yang terjadi mereka makin kurang peduli , mereka makin egois dengan masalahnya sendiri. Akhirnya banyak juga anak yang mencari penyelesaian masalah dengan jalan pintas , yang sering kita jumpai adalah anak mulai berani berbohong…….
Bapak ibu yang berbahagia …. Lingkungan disekeliling kita juga sangat diperlukan untuk perkembangan emosional dan karakter anak – anak kita. Anak juga memerlukan adaptasi … pergaulan…. Sosialisasi …dengan lingkungan sekitar.
Bagai mana kalau semua itu drastic menghilang dan berkurang dari kehidupan anak – anak kita. Untuk itulah diperlukan pemahaman dan pengertian orang tua dalam membesarkan putra putrinya….
Solusi :
Persiapkan kalau sekolah jauh :
• Pastikan perjalanan anak nyaman , asyik dan menyenangkan.
• Hindari Introgasi / tekanan terhadap anak sebelum sekolah dan setelah pulang sekolah.
• Kalau ada permasalahan disekolah anak segeralah mencarikan solusi nya..
• Dampingi anak ketika mengerjakan tugas – tugas dari sekolah.
• Ciptakan suasana yang menyenangkan ketika anak belajar.
• Kembangkan komunikasi dua arah yang nyaman.
• Minimalkan kecemasan yang berlebihan terhadap permasalahan anak.
• Tetap sabar dan kreatif

2. Dari Mama Hadi, Mama Reza dan Mama Dita. Pertanyaannya hamper sama , yaitu Bagaimana Tip untuk anak memsuki sekolah yang baru?
Jawab :
Memilih sekolah tidaklah mudah , karena disamping criteria keadaan nya juga memerlukan pemahaman tentang Karakteristik anak kita. Apakah Holistik , analitik , introvert , ekstrovert , sensing , kemandiriannya, anak tunggal , anak tengah anak sulung ataukah anak bungsu…. Karena semua itu aka terkait dengan pilihan sekolah yang tepat. Minimal ada syarat minimal yang harus terpenuhi :
• Jarak sekolahnya ( sudah dibahas di sesi sebelumnya )
• Keadaan dan kualitas sekolahnya
• Sekolah yang komunikatif
Ingat ..ingat … ingat … jangan tergiur dengan “iklan atau spanduk karena fasilitasnya” coba lihat , observasi , cari informasi dan analisa , setelah itu tentukan pilihannya.
Setelah masuk sekolah ada beberapa tips ( Masuk TK dan kelas 1 baru ):
• Persiapkan bangun paginya , tentu diawali dari pembahasan dan komunikasi bahwa nanti kalau sudah masuk sekolah bangunya harus lebih pagi.
• Ciptakan suasana yang mengasyikkan sebelum berangkat sekolah.
• Dampingi anak bila perlu motivasi semangat sekolahnya.
• Dengarkan keluhan anak jangan sampai tidak.
• Berikan reward kalau disekolah punya prestasi ( prestasi punya teman baru , mau masuk kelas sendiri , tidak menangis, dll.)
• Perlahan lahan lepas anak bersekolah sendiri. Ingat prosesnya berbeda – beda ( ada yang sebentar ada yang sampai 3 bulan ) jangan membanding – bandingkan dengan anak lain yang terlebih dahulu mandiri.
• Tetaplah berkomunikasi dengan pihak sekolah terutama guru.
Sekali lagi peran penting orang tua menghantarkan anak sekolahdi lingkungan baru akan sangat berpengaruh dimasa – msa berikutnya. Semoga tetap sabar dan kreatif memahami permasalahan anak.

Bina Kreatif 13 Juli 2009

MENDIDIK ANAK SYIK LHO......

Mengapa Kebanyakan Orang tua Merasa Kesulitan Mendidik Anak….?

Para Orang tua dan guru yang berbahagia mari kita simak cerita berikut.Bu Lelly adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak,2 laki-laki dan satu orang perempuan. Awalnya Ibu Lelly adalah orang tua yang bekerja tetapi Karena ia dan suaminya melihat anak-anaknya mulai beranjak dewasa dan perilakunya mulai “agak-agak” sulit dikendalikan, Ibu Lelly memutuskan untuk berhenti bekerja dan tinggal di rumah. Ibu Lelly berniat untuk mengurus anak-anaknya dengan sepenuh hati. Tadinya dia berfikir bahwa dengan kehadirannya di rumah secara penuh akan membuat anak-anaknya tumbuh menjadi lebih baik,tetapi kenyataanya tidaklah sesederhana itu.
Setelah 2 tahun Ibu Lelly menjadi Ibu penuh waktu di rumah, ternyata setiap pagi ia masih harus berteriak-teriak pada anaknya yang sulit dibangunkan, menyuruh mereka untuk mandi, sarapan, atau bersiap-siap menunggu mobil jemputan sekolah, Ia juga kewalahan mengatasi dua anak laki-lakinya yang hampir setiap hari bertengkar dan tidak ada habis-habisnya terkadang Ibu Lelly menjadi senewen karena pertengkaran itu selalu di picu oleh hal-hal remeh-temeh, seperti rebutan mainan, rebutan makanan, atau rebutan mendapatkan perhatian.
Pertengkaran yang bermula dari anak-anaknya ternyata mulai merambat pada pertengkaran antara Ibu Lelly dengan suaminya. Masalahnya, setiap suami Ibu Lelly pulang kantor selalu mendapati anak-anaknya sedang memmbuat kegaduhan. Di mata si ayah, istrinya dipandang tidak mampu untuk mengurus dan mengatur anak-anaknya. Sementara dimata Ibu Lelly, suami hanya “mau enaknya”saja ( tidak mau terlibat dalam proses pengasuhan anak dan mudah menyalahkan ) dan pulang kerja ingin santai, sedangkan Ibu Lelly merasa pekerjaannya dari pagi hingga malam tidak ada habis-habisnya. Ibu Lelly kerap kali berteriak kepada suaminya, ”kamu belum tau aja, ternyata mengerjakan tugas-tugas kantor itu jauh lebih mudah ketimbang mengurus dan mendidik anak-anak di rumah.” Dan, suaminya cenderung menghindar, enggan menanggapi, dan mengunci diri di kamar untuk melepas lelah.
Ibu Lelly semakin hari semakin tampak lusuh karena stress. Ia sering menangis sendiri di kamar, terutama karena beberapa hari lalu ia sempat dipanggil pihak sekolah karena perilaku anaknya yang suka memukul temannya dan mulai sering bolos sekolah. Ia kerap kali mengadukan perilaku anak-anaknya pada suaminya, tetapi suaminya selalu menghindar dan sering kali menepis, ” Ya…kita bagi-bagi tugaslah. Saya “kan cari uang …jadi,kamulah yang ngurus anak-anak. Percuma saja dong kamu berhenti kerja, kalo ternyata anak-anak masih bandel kaya gini.” Bukan main hancur hati Ibu Lelly. Ia merasa tidak di hargai, betapa Ia telah mengambil keputusan yang berat untuk meninggalkan pekerjaan yang di cintainya demi mengasuh anak-anak. Sementara , sang suami sama sekali tidak berterimakasih atas keputusan itu. Malah sebaliknya, selalu menempatkan posisi Ibu Lelly sebagai pahak yang bersalah. Mulai tampak garis-garis keretakan di dalam keluarga Ibu Lelly. Ia mulai kehilangan rasa hormat pada suaminya, sementara suaminya terus-menerus mengomplain istrinya. Mereka berdua mulai jarang bicara satu sama lain. Masing – masing menggap pasangannya tidak becus sebagai orang tua juga sebagai pasangan. Masa-masa indah saat dulu baru menikah tidak pernah lagi mereka rasakan . Sementara, perilaku anak-anak mereka semakin hari semakin menjadi-jadi saja. Dan, Ibu Lelly pun semakin sering di panggil ke sekolah dan bahkan pernah suatu waktu diancam oleh pihak sekolah yang mengatakan akan mengeluarkan anak mereka dari sekolah jika mereka tidak berhasil memperbaiki perilaku anaknya. Terbayang sudah hari-hari kelam yang akan dialami oleh keluarga ini.

Nah…buat anda yang sedang membaca artikel ini ketahuilah bahwa ”mendidik anak” adalah kalimat yang sederhana dan mudah untuk di ucapkan tetapi tidak sederhana untuk di lakukan. Kisah di atas hanyalah sebagian kecil dari romantika keluarga dalam proses membesarkan anak-anaknya. Masih banyak lagi kasus-kasus yang tak kalah serunya yang dialami oleh banyak orangtua di setiap pelosok negeri ini. Banyak yang bethasil tetapi jauh lebih banyak lagi yang gagal.
Mendidik anak akan terlihat sangat berbeda dari zaman ke zaman. Kita dulu masih merasa menurut, mudah diatur oleh orangtua kita, dan cenderung tidak banyak melakukan hal yang aneh-aneh “Tapi kenapa ya anak sekarang ini…? Yah begitulah…” Oleh karena itu, orang bijak pernah bertitip pesan pada kita para orangtua, ”Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya. karena ia akan hidup pada zamannya dan bukan pada zaman kamu dahulu hidup”
Namun sayangnya cara kita mendidik ternyata dari generasi ke generasi cenderung sama karena sebagian besar cara kita mendidik adalah “ warisan ” dari orangtua saat mendidik kita dahulu.
Nah… sekarang marilah kita cari tahu jawaban mengapa kebanyakan orangtua merasa kesulitan mendidik anak.
a.Tidak siap menjadi orangtua…?
Hayo… siapa yang mau menyangkal, kalo kita memang sesungguhnya tidak siap menjadi orangtua?
Mari kita coba tengok ke belakang ( flash back ),mulai sejak awal kita “berpacaran” dengan pasangan, bagi anda yang “ berpacaran ” tentunya. Apa yang menjadi topik pembahasan utama waktu itu? Apakah persiapan untuk menjadi orangtua yang baik? Atau hal-hal lain…yang jauh lebih menarik untuk dibicarakan “ Do You Know What I mean ?” ( tahukan maksud saya ? ).
Mari kita coba maju sedikit pada kita hendak melangkah ke jenjang pelaminan atau pernikahan. Apa yang menjadi topic pembahasan utama waktu itu? Apakah persiapan menjadi orangtua yang baik…? Ataukah persiapan tanggal baik, bulan baik, gaun pengantin, tempat resepsi, catering,souvenir, undangan, dan pernak-pernik lainnya…?
Baiklah, sekarang mari kita maju lebih dekat lagi. Pada saat masa kehamilan istri menjelang 9 bulan, apa yang menjadi topic pembahasan utama saat itu? Apakah persiapan untuk menjadi orangtua yang baik…? Ataukah persiapan perangkat bayi, dokter pilihan rumah, sakit pilihan, nama pilihan apa lagi…? Yang semuanya pilihan untuk menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak kita tercinta… kapan tepatnya kita mulai mempelajari teknik-teknik mendidik anak yang tepat…? Kabar gembiranya adalah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dan, jika kita termasuk orang yang terlambat, sekarang adalah saat yang paling tepat untuk memulainya. Teruslah membaca dan telusuri alenia demi alenia dalam artikel ini. Anda akan mendapatkan banyak manfaat yang akan membantu permasalahan yang saat ini mungkin sedang dihadapi.

b.Mencari nafkah jauh lebih penting dari pada mendidik anak…?
Sebagian besar kita pasti sepakat bahwa mencari nafkah itu sangat penting bagi kelangsungan hidup keluarga. Tapi mungkin, kita agak ragu jika mencari nafkah dirasa jauh lebih penting daripada mendidik anak. Pertanyaan sederhana untuk kita… pada akhirnya, sebenarnya untuk siapakah kita mencari nafkah, memeras keringat dan membanting tulang itu…? Bukankah untuk keluarga ? Dan, di dalamnya ada anak-anak yang kita cintai sebagai penerus garis keturunan kita. Apa gunanya mampu menjadi orang yang sukses secara financial, tetapi keluarga dan anak-anak menjadi berantakan ?
Kisah Ibu Lelly tesebut di atas menggambarkan fenomena apa yang terjadi apabila di antara salah satu pasangan ada yang memiliki pandangan bahwa mencari nafkah jauh lebih penting dari pada mendidik anak-anak. Akibatnya, ia lebih peduli pada pekerjaan daripada perkembangan perilaku anak-anaknya. Semoga kita bisa belajar dan memetik hikmah dari kisah keluarga Ibu Lelly tersebut.

c.Tidak banyak referensi ilmiah yang jelas…?
Betul sekali jika alasan ini diajukan 10 atau 15 tahun yang lalu. Namun, kini alasan di atas sudah ketinggalan zaman. Toko-toko buku di sekitar kita banyak sekali menyediakan referensi ilmiah yang lengkap dan komplit tentang pendidikan dan pengasuhan anak baik dalam bentuk buku maupun majalah.
Belum lagi ditambah jika kita rajin membuka informasi melalui internet, banyak sekali artikel pendidikan pengasuhan anak terkini bisa kita peroleh secara gratis di situs-situs “Majalah On Line”.
d.Terlalu banyak referensi nonilmiah yang membingungkan…?
Mendengarkan komentar orang tentang pendidikan anak itu memang baik, tetapi jika terlalu banyak mendengarkan komentar orang, akan membuat anda bingung sendiri dengan masukan dan pendapat yang begitu beragam. Akhirnya cara mendidik kita malah tidak konsisten dan akan membingungkan anak kita. Oleh karena itu, lebih baik mencari referensi yang dapat di percaya. Apakah itu dari buku, majalah, ataupun DENGAN BERKONSULTASI LOANGSUNG DENGAN PAKAR PSIKOLOGI ATAU dengan mengikuti seminar – seminar mendidik anak atau juga bisa mengakses ke : www.binakreatif.blogspot .com . nah jadi lebih mudah kan.
e.Tidak ada manual booknya…?
Betul sekali satu - satunya produk baru yang kita miliki dari tidak memiliki buku manual adalah bayi kita. Oleh karena itu, kita sering merasa kesulitan bagaimana mengelola anak kita. Meskipun sekarang belum ada buku manual anak yang 100% lengkap, beberapa buku manual anak kita sudah mulai di tulis untuk membantu para orang tua dalam mengelola anaknya. Artikel ini juga sebenarnya adalah salah satu manual tentang bagaimana mendidik anak-anak zaman sekarang pasti berbeda dengan anak zaman kita dulu. Kami juga telah menulis artikel , manual singkat tentang “ mengapa anak kita suka melawan dan susah diatur”.
f.Tidak mau belajar
Sesunggugnya, fitrah kita terlahir sebagai makhluk pembelajaran. Ingat wktu kita masih bayi atau anak-anak. Apa saja ingin kita pelajari…apa saja ingin kita ketahui. Namun sayangnya guru dan sekolah – sekolah kita telah membuat proses belajar sangat membosankan, tidak menyenangkan, dan bahkan sering membuat stress. Meski sejak itu kita semua menjadi makhluk yang “ malas belajar ”.
Tidak hanya anak kita yang perlu belajar, ternyata kita menjadi orang tua yang baik pun perlu banyak belajar. Jika tidak mau, mungkin jangan - jangan kita tidak akan pernah lulus untuk menjadi orang tua yang bai bagi anak-anak kita tercinta.
Artikel ini sengaja ditulis dengan format yang santai dengan tujuan agar anda semua tidak bosan untuk membacanya. Semoga artikel ini menjadi alat pembelajaran yang mengasyikkan Dan , Mengembalikan kita semua menjadi makhluk pembelajaran.
Namun, jika tidak…,stop dulu membacanya. Istirahat dulu sejenak dan besok boleh anda lanjutkan kembali. Jangan pernah memaksakan karena proses belajar itu bukanlah sebuah “ pemaksaan dan keterpaksaan”.
Bina Kreatif , Dari berbagai sumber , Juli 2009
***

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua tentang perkembangan psikologi dan perkembangan emosional anak, sehingga bisa mencari solusi permasalahan anak dengan tepat.

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa meng-akumudir style dan potensi anak, jadi sekolah yang favorit menurut kebanyakan orang belum tentu baik untuk anak kita."Cuplikan dialog (Red)

KANTOR " BINA KREATIF "

KANTOR " BINA  KREATIF "
Alhamdulillah Kantor sekaligus tempat berbagi pengetahuan tumbuh kembang anak telah dioprasikan. Ingin Info lebih banyak silahkan Hubungi Management BKKC : 021 95192514 semoga banyak manfaatnya. Amin.

TEAM BINA KREATIF KIDS CARE

TEAM  BINA KREATIF KIDS CARE
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing , tugas kita sebagai orang tua hanyalah membimbing , mengarahkan dan mendidiknya dengan baik. Kesabaran dalam mengasuh anak adalah kunci utama keberhasilan menjadikan anak - anak yang hebat , berakhlaq dan cerdas.
 

INFO 2009

INFO  2009

CONSULTING INFORMATION

CONSULTING  INFORMATION

INGIN KONSULTASI PSIKOLOGI

INGIN  KONSULTASI PSIKOLOGI