Menanamkan Perilaku Disiplin Pada Anak Anda


Disusun oleh : Tim Bina Kreatif

Setiap orang tua pasti menyayangi anaknya dan berusaha sedapat mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya. Kita menginginkan anak – anak kita bersikap manis, baik, tidak menimbulkan masalah, dan mau menuruti perilaku disiplin yang kita terapkan dalam keluarga. Namun adakalanya anak – anak yang kita cintai ini bertindak tidak sesuai dengan harapan kita. Kondisi ini memicu konflik antara orang tua dan anak. Sebenarnya perilaku anak- anak ini wajar, karena mereka masih mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Tugas orang tualah yang membimbing anak untuk mengetahui perbuatan mana yang benar dan mana yang salah. Para orang tua diwajibkan menjalankan aturan yang sama dalam proses pendisiplinan anak yaitu jangan sampai merusak suasana emosional anak.

Pada dasarnya disiplin adalah menemukan alternative yang efektif untuk menghukum.

Dalam upaya menegakkan disiplin, segala hal yang menimbulkan kemarahan harus dihindari. Sebaliknya segala sesuatu yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri dan diri orang lain harus terus dibina

Menegakkan disiplin pada anak membutuhkan keterampilan khusus yang tentu saja dapat dipelajari oleh semua orang tua khususnya kemampuan untuk memahami perasaan dan keinginan anak dan kemampuan untuk mengekspresikan suasana emosional. Ketika orang tua tidak terampil mengekspresikan perasaannya maka yang terjadi adalah orang tua cenderung menghukum dan mengecam anak. Orang tua seperti ini tidak memahami bahwa ucapan mereka bersifat merusak dan menyakiti hati anak. Akibatnya apa? Anak mulai membenci diri mereka sendiri dan orang tua mereka Anak menjadi suka melawan. Kalau ini dibiarkan berlarut – larut ada anak yang dikuasai hasrat untuk membalas dendam kepada orang tuanya.

Ada sebuah ilustrasi kecil tentang seorang anak bernama Andi yang masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Pulang dari sekolah Andi menangis sambil berkata pada mamanya,” Aku tidak suka sama Bu Guru, masa tadi Bu Guru memarahi aku didepan teman – temanku. Katanya aku terlalu banyak ngobrol dikelas sehingga teman teman terganggu. Trus Bu Guru mennyuruh aku berdiri didepan kelas. Lamaaaaa …… sekali. Pokoknya aku tidak mau sekolah disana lagi!” Kontan saja mama Andi bingung dan spontan berkata” Kamu sih… tidak mau mendengarkan nasihat Bu Guru, ya pasti kena hukuman. Makanya lain kali kalau dikelas jangan kebanyakan ngobrol dong! Ikuti pelajaran dengan baik.” Sekilas percakapan seperti ini terlihat wajar. Tapi ternyata tanggapan ibu yang seperti ini sangat menyakitkan hati anak sehingga membuat anak merasa sangat bersalah dan menganggap dirinya tidak berguna. Pada saat seperti itu anak tidak butuh nasihat atau tanggapan kita terhadap perilakunya yang buruk. Yang mereka butuhkan hanya empati orang tua untuk bisa memahami perasaan mereka.

Penegakkan disiplin melalui hukuman, apapun itu bentuknya ( hukuman fisik, cemoohan, hinaan, kata- kata kasar) tidak akan bisa mencegah perilaku buruk seorang anak. Yang terjadi adalah si anak menjadi lebih terampil menghindari hukuman.

Orang tua dituntut untuk konsisten terhadap aturan yang telah dibuat. Ketika orang tua dan anak sepakat untuk tidak menonton TV pada saat menjelang maghrib sampai dua jam kedepan, maka aturan itu harus tetap dilaksanakan. Mungkin ayah tergoda untuk menonton berita, atau ibu ingin nonton sinetron. Ketika orang tua sendiri tidak konsisten terhadap aturan maka penegakan disiplin tidak akan berjalan. Begitu juga dengan penerapan hukuman yang diberikan keanak. Suatu saat ketika anak melanggar kesepakatan jam belajar karena terlalu banyak bermain. Maka sebagai orang tua kita wajib menegur dan mengarahkan anak. Hukuman yang diberikan bisa dengan cara mengurangi waktu bermain. Dan itu harus tetap dilaksanakan, jangan sampai kita melanggar aturan gara – gara kasihan melihat anak kita tidak bisa bergabung dengan teman – temannya.

Kadangkala sifat orang tua yang terlalu permisif dapat menjadi pemicu indisipliner pada anak. Permisif adalah sikap terlalu memanjakan anak dan mengikuti semua keinginan anak. Jadi orang tua dituntut untuk belajar mengatakan “tidak” secara tegas tapi dengan sabar, kasih sayang, dan berwibawa tanpa mengeluarkan nada marah. Hal ini dapat membantu anak untuk mengetahui batasan – batasan yang diperbolehkan dalam berbuat sesuatu.

Dalam mendisiplinkan anak- anak, kadang- kadang orang tua berusaha menghentikan tindakan yang tidak diinginkan namun tidak mau tahu apa yang mendorong anak melakukan tindakan tersebut. Jadi yang ada , orang tua cenderung menyalahkan dan menuduh. Hal inilah yang menimbulkan kebingungan pada anak. Apalagi disiplin diterapkan pada saat anak- anak paling tidak suka mendengarkan dan disampaikan dengan kata- kata yang dapat menimbulkan perlawanan.

Dalam pendekatan disiplin yang dianjurkan, saat orang tua mendisiplinkan anaknya , orang tua mengijinkan anak berterus terang tentang perasaan mereka, namun perlu memberikan batasan- batasan atas semua tindakan. Pembatasan dan larangan sebaiknya disampaikan dengan cara yang tidak menyinggung harga diri anak dan orang tua, tidak bersifat sewenang- wenang atau sembarangan.

. Proses pendidikan mewajibkan orang tua bersikap penuh kasih sayang, sabar dan berwibawa namun juga tegas. Bila orang tua sudah yakin dan tegas terhadap suatu larangan dan larangan itu disampaikan dengan bahasa yang tidak ofensif, biasanya anak- anak akan menurut dan menyesuaikan diri.

Penerapan disiplin yang dilakukan orang tua tidak terlepas dari seberapa besar orang tua menerapkan disiplin pada dirinya sendiri. Karena bagaimanapun juga anak- anak akan meneladani sikap orang tua dan nilai- nilai yang dibawa oleh orang tua.

******* bina kreatif *******

Comments :

1
Machining, Fabrication and Gear specialist mengatakan...
on 

Saya bersyukur ada wadah untuk bertanya seputar physhology anak seperti Bina Kreatif ini. Semua pembahasan mengenai perkembangan jiwa dan tumbuh kembang anak,saya menjadi lebih tahu bagaimana memposisikan dan bersikap menghadapi pola tingkah anak yang kadang kala tidak selalu menyenangkan untuk kita para orang tua. Terima kasih tim Bina Kreatif untuk semua masukannya,mudah-mudahan hubungan kita sebagai "partner" untuk perkembangna jiwa anak tetap ada walaupun hanya sebatas sms yang saya lakukan.

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua tentang perkembangan psikologi dan perkembangan emosional anak, sehingga bisa mencari solusi permasalahan anak dengan tepat.

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa meng-akumudir style dan potensi anak, jadi sekolah yang favorit menurut kebanyakan orang belum tentu baik untuk anak kita."Cuplikan dialog (Red)

KANTOR " BINA KREATIF "

KANTOR " BINA  KREATIF "
Alhamdulillah Kantor sekaligus tempat berbagi pengetahuan tumbuh kembang anak telah dioprasikan. Ingin Info lebih banyak silahkan Hubungi Management BKKC : 021 95192514 semoga banyak manfaatnya. Amin.

TEAM BINA KREATIF KIDS CARE

TEAM  BINA KREATIF KIDS CARE
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing , tugas kita sebagai orang tua hanyalah membimbing , mengarahkan dan mendidiknya dengan baik. Kesabaran dalam mengasuh anak adalah kunci utama keberhasilan menjadikan anak - anak yang hebat , berakhlaq dan cerdas.
 

INFO 2009

INFO  2009

CONSULTING INFORMATION

CONSULTING  INFORMATION

INGIN KONSULTASI PSIKOLOGI

INGIN  KONSULTASI PSIKOLOGI