Bina Kreatif Talk About........


LIMA PERINGKAT PERMASALAHAN SEPUTAR ANAK
Dari data survey ada lima permasalahan yang masih selalu mendominasi dan banyak terjadi pada sebagian anak Indonesia , hal ini yang mengakibatkan emosi kita sebagai orang tua meningkat. Apasaja problematika itu :
1. Anak suka membantah “Ngeyel”
Apa yang menyebabkan anak suka membantah , slah satu penyebabnya adalah anak kita memmiliki kecerdasan mengungkapkan “ IQ verbal” lebih tinggi dan anak – anak sekarang memang kategorinya lebih cerdas pendukungnya antara lain :
• Orang tua cenderung memberikan nutrisi untuk anak lebih baik sehingga perkembangan otak anak jadi lebih optimal
• Taraf pendidikan orang tua yang makin meningkat , sehingga akan memberikan pendidikan yang terbaik pila untuk anak – anak nya.
• Fasilitas yang makin lengkap sehingga kebutuhan peralatan yang menunjang kecerdasan anak makin beragam, mulai dari tool untuk kecerdasan , computer edukasi , dan program program belajar denga multi media yang membuat anak makin cepat berkembang.
• Informasi yang makin banyak diperoleh anak – anak, sehingga anak – anak jaman sekarang cenderung mendapatkan informasi yang lebih banyak. Seperti informasi dari media TV , media elektronik seperti Internet , media cetak dan sebagainya. Termasuk buku buku penunjang perkembangan kecerdasan semakin mudah didapat anak.
2. Kakak dan Adik sering ribut.
Banyak hal yang mendasari kenapa kakak dan adik semakin sering ribut. Salah satu penyebabnya adalah cara penanganan terhadap anak sering tidak optimal, hal ini juga sangat terkait pemahaman perkembanagan psikologis terhadap anak mulai menurun , salah satu contoh hal yang paling sering kita lakukan yaitu dengan membanding – bandingkan antara kakak dan adaik, padahal antara kakak dan adik memiliki karakter dan kecerdasan yang berbeda , atau kita menganggap bawa anak yang besar harus lebih mengerti dan memahami yang pada akhirnya kita sering memaksa anak yabng besar untuk serimng mengalah dengan adiknya. Hal inilah yang memicu kakak dan adik sering bertengkar , rebut . belum lagi masalah berbagi perhatian sering yang besar mulai kurang perhatian, ya..sudah barang tentu hal itu juga memicu pertengkaran kakak dan adik.
3. Mudah marah kalau keinginannya tak terpenuhi.
Fase anak – anak memang paling banyak mengalami fase egosentris, fase dimana anak lebih mengedepankan egoism. Hal ini tentunya sangat terkai dengan pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Bisa jadi dalam pola asuh yang diterapkan terhadap anak ada “DUalisme” yang membingungkan anak . Kadang – kadang orang tua cenderung menuruti / mengikuti keinginan anak. Semakin dituruti semakin egois, nah..kalau sudah begini pasti lebih sulit anak diarahkan. Akhirnya sebagian besar para orang tua menghadapi permasalahan seperti ini dengan emosi atau mengambil langkah pintas dengan memarahi anak…Padahal itu cenderung memunculkan konflik yang lebih panjang. Dan kita sebagai orang tua sering terpancing mengikuti emosi anak.
4. Sulit Berkonsentrasi dalam belajar.
Coba anda perhatikan berapa jam anak kuat dudsuk didepan televise dengan film – film anak, berapa jam anak mampu duduk didepan computer untuk bermain gemes atau berapa jam anak duduk bermain play station?????? Selanjutnya kita perhatikan belajarnya, Berapa jam anak kita sanggup belajar ????. Hal inilah yang akhirnya membuat pola piker anak tidak seimbang , Inilah yang disebut dengan konsentrasi imajinasi yang cenderung lebih dominan dari pada konsentrasi belajar yang semakin minim.
5. Merengek kalau meminta sesuatu.
Sebagian besar aanak merengek karena meliahat teman lain , anak sering memperhatikan anak lain ketika meminta sesuatu ke orang tuanya sambil merengek kadang menari – narik rok /baju mamanya atau dengan menagis sambil terus memberontak supaya keinginannya terpenuhi. Dari melihat kebiasaan anak lain itu si anak ingin mempraktekkan. Ia akan mencoba apa yang dilihatnya. Dan ternyata denga menagis , merengek anak dapat perhatian, dan keinginannya terpenuhi.

Bagaimana Solusinya????
Ada orang tua murid di salah satu Sekolah taman kanak – kanak , pernah mengeluhkan perilaku anak bungsunya yang susah diatur, kalau marah sampai membanting atau melempar barang – barang didekatnya , bahkan tak jarang sampai memukul ibunya sendiri. Sampai suatu hari bertemu dengan saya di acara “Smart Parenting” dengan tema tiga jurus mendisiplinkan anak. Setelah selang waktu dua muinggu dari acara tersebut, ada SMS masuk ke nomor saya bertuliskan : “Pak Win Saya bersyukur mengikuti seminar kemarin dan setelah saya terapkan , Alhamdulillah anak saya mulai banyak perubahan perilakunya. Terimakasih atas ilmu dan pencerahannya, dari orang tua ARK.” Apa sih tips – tipsnya :
1. “Focus Perhatian”
Kalau kita menyuruh atau memerintahkan sesuatu terhadap anak kita ( menyuruh mandi , belajar, tidur , danlain lainnya ) Jangan meninggalkan anak sampai anak melakukan apa yang kita suruh. Kalau banyak alas an bisa dilakukan dengan menghitung nya : “ satu….., dua……, tiga!!!. Selanjutnya lakukan apa yang anda perintahkan pada anak. Ingat jangan terpengaruh emosi anak.
2. “Call Me”
Biasanya kita kalau memanggil anak – anak sebagian besar untuk kita perintah. Nak… pulang sudah sore , cepat mandi. Nak … belajar , kerjakan PR nya!!! Dan lain – lain. Nah cobalah mulai sekarang lebih sering memanggil anak tetapi bukan untuk diperintah … Melainkan untuk dipeluk, disayang dan dicium. Katakana pada anak anda misalnya : “ Mas…. Mama sayang…banget ( sambil memeluk dan mencium anak anda ).” Coba perhatikan … pasti banyak perubahan pada anak – anak kita.
3. Teori Hand Phone
Kalau kita menerima panggilan telepon pertama kita lihat siapa yang menghubungi kita, selanjutnya anda berbicara sesuai intonasi dengan siapa anda berbicara sambil anda tempelkan di telinga. Nah terhadap anak – anak kita kalau kita ingin menasihati atau memberikan penegasan terhadap anak – anak kita, pertama Tatap wajah anak kita ( dengan kontak mata) selanjutnya intonasikan perintah anda, misal : “ Kakak….Mama tidak suka yang seperti itu!!!” langkah selanjutnya memeluk anak. Disinilah peran kita sebagai orang tua..kalau marah atau menegaskan itu artinya sayang.
Tiga tips diatas efektif anda lakukan sampai usia anak – anak anda memasuki usia 10 Tahun. Kalau lebih dari sepuluh tahan metodenya dirubah dengan pendekatan personal.
Bagai mana kalau Kakak dan Adik sering bertengkar ????
• Langkah pertama : Kalau anda tahu yang alah kakaknya… silahkan anda privasikan dia dikamar misalnya , lalu anda nasihati. Ingat usahakan jangan didepan adiknya.
• Langkah kedua : Kalau yang salah adiknya. Maka anda dudukkan anak bersama anda , diamkan dan dekap erat sampai emosinya mereda. Selanjutnya anda nasehati anak dengan intonasi yang tegas tetapi bukan intonasi marah.
• Langkah ketiga : Kalau anda tidak tahu mana yang salah, siapa yang memulai terlebih dahulu…. Maka yang lebih aman , mengulang seperti langkah kesatu. Berikan perhatian penuh pada kakak , sehingga si Kakak tetap nyaman.
Lakukan tips dan langkah – langkah tersebut diatas selanjutnya amati perubahannya. Sekali lagi dalam proses perubahan itu memerlukan waktu, tidak ada yang instant.
Semoga bermanfaat.
Bina Kreatif Nov 2010

BINA KREATIF TALK ABOUT............


MAMA … AKU NGGAK MAU BELAJAR , AKU CAPEK…
(85 % anak di Indonesia memiliki short term Memory)
Para orang tua dan guru yang berbahagia, suatu hari saya pernah diminta menjadi pembicara oleh salah satu pengelola TK yang ingin menyelenggarakan program parenting kepada para orangtua muridnya. Tema yang diambilnya waktu itu ada CALISTUNG kependekan dari Baca, Tulis dan Hitung. Saya bertnya pada penyelenggara, apa yang diharapkan dari saya melalui tema ini?
Begini, kami ingin memberikan pemahaman pada para orang tua bahwa di sekolah ini, kami belum mengajarkan Baca, Tulis dan hitung kepada anak di usia yang sangat dini. Namun masalahnya, para orangtua tetap saja ngotot dan terus meminta anaknya agar diajari Baca, Tulis dan Hitung.
Kemudian saya bertanya lagi, “apa alasan para orang tua meminta anaknya diajari Baca, Tulis dan hitung?”
Karena hampir semua sekolah dasar mewajibkan anak kelas 1 yang baru mendaftar harus sudah bias Baca, Tulis dan hitung.
Para orangtua dan guru yang berbahagia, saya tidak pernah lupa kejadian ini. Saya juga heran dari mana asal-usulnya, mengapa setiap sekolah dasar mewajibkan siswa baru kelas satunya bisa CALISTUNG. Padahal jika kita bandingkan dengan pendidikan - pendidikan anak usia dini yang ada di Negara - negara maju, sama sekali tidak ada kewajiban semacam ini. Program untuk anak usia dini mayoritas adalah bermain. Karena bermain, bagi anak-anak, sama dengan belajar. Mereka baru diperkenalkan Baca, Tulis dan Hitung pada kelas tiga sekolah dasar (Elementary).
Secara ilmiah, baru-baru ini saya membaca bahwa anak usia dini baru bisa memfokuskan organ visualnya pada objek tiga dimensi, oleh karenanya, alat-alat pembelajaran anak usia dini yang baik adalah berbentuk tiga dimensi. Apabila anak usia dini dipaksa untuk belajar CALISTUNG yang pada umumnya menggunakan objek dua dimensi atau tulisan di papan tulis, maka si anak akan mengalami gangguan organ visual pada usia yang lebih muda.
Para orang tua dan guru yang berbahagia , tahukah anda mengapa sekolah-sekolah yang ada di Negara maju tidak menekankan pada aspek Baca, Tulis dan Hitung, melainkan lebih menekankan pada aspek pengembangan kreativitas dan kemampuan berpikir / nalar anak?
Menurut penelitian ilmiah, secara global kemampuan otak manusia yang berkaitan dengan pembelajaran terbagi menjadi tiga hal besar. Pertama adalah kemampuan kreatif, kedua adalah kemampuan berfikir / nalar, dan ketiga adalah kemampuan mengingat.
Dari ketiga kemampuan ini, kemampuan mengingat merupakan kemampuan alami yang berifat pelengkap, sementara kemampuan kreatif dan berfikir mrupakan kemampuan utama dan vital yang akan membantu anak untuk mencapai sukses di kehidupannya kelak.
Keberhasilan hidup seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuan kreatif dan berfikirnya ketimbang kemampuan mengingatnya, atau dengan kata lain kemampuan mengingat (short term memory) hanya sebagai pelengkap saja.
Namun sayangnya, yang terjadi pada system pendidikan kita malah sebaliknya. Sejak usia dini anak-anak sudah dipaksa untuk bisa CALISTUNG, yang sesungguhnya hanyalah sebuah proses untuk mngembangkan kemampuan mengingat jangka pendek anak (Short Term Memory Learning).
Ternyata proses ini tidak hanya berhenti di suia dini saja, namun hingga dewasa mereka terus diajar dan diuji berdasarkan kemampuan mengingatnya dan bukan kemampuan kreatif atau nalarnya.
Para orangtua dan guru yang berbahagia, berikut ini adalah salah satu contoh pertanyaan yang dulu pernah diujikan pada saat kita masih bersekolah.
Apa yang terjadi antara 1825 s.d. 1830 ? Masih ingat pelajaran sejarah ? ya, pasti jawabannya adalah perang diponegoro. Para orangtua dan guru yang berbahagia, sementara saya pernah tanyakan pertanyaan yang sama pada anak-anak TK.
“Nak, siapa yang tahu apa yang terjadi antara 18.25 s.d. 18.30 ? Tiba-tiba seorang anak berteriak,” saya tahu! Saya tahu! Itu waktunya Film Ipindan Upin. “ Bagaimana menurut anda, salahkan jawaban anak ini? Tentu saja jika ini menjawab untuk soal ujian nasional pasti akan disalahkan.
Para Orang tua dan guru yang berbahagia, sejak kecil kita tidak pernah dinilai berdasarkan nalar kita dalam menjawab soal-soal. Sejak kecil kita juga tidak pernah diberi pertanyaan yang menggunakan nalar / berfikir seperti :
Apa yang terjadi jika minyak bumi Indonesia habis ? Apa akibatnya ? ya, saat hal itu terjadi maka masyarakat kita menjadi panic. Karena sejak dulu tidak pernah dipertanyakan, apa lagi sempat dipikirkan.
Para orang tua dan guru yang berbahagia, begitulah anak-anak kita telah dibesarkan dengan system pendidikan yang tidak melatih untuk berfikir kreatif. Jadi, wajar saja jika saat ini jumlah pengangguran baru dari lulusan akademi dan universitas terus membengkak. Sementara para pelajar lulusan SMA dan ederajat terus berebut menyerbu perguruan tinggi yang pada akhirnya juga akan menjadikan mereka hanya sebagai calon-calon pengangguran baru. Sayangnya ternyata mereka juga tidak menyadari hal ini, karena memang tidak pernah dilatih untuk memikirkannya.
Para orangtua dan guru yang berbahagia, mari bersama-sama kita ciptakan sitem pembelajaran yang mengasah kemampuan berfikir anak! Bukan sekedar hafalan. Agar kelak mereka bisa melihat dan menciptakan peluang-peluang baru, bukannya melihat dan menciptakannya masalah baru bagi bangsa ini!
Ingat, pasar bebas tenaga kerja sudah di depan mata. Zaman ketika persaingan kualitas manusia akan semakin ketat! Apakah kelak anak-anak kita akan menjadi budak atau tuan rumah di negrinya sendiri, kitalah yang paling bertanggung jawab.
Sebuah catatan artikel menarik tentang membaca dan menulis menjelaskan sebagai berikut :
Anak yang diajari menulis dan membaca lebih awal ternyata membaca buku dan membuat tulisan jauh lebih sedikit daripada anak yang diajarkan baca dan menulis kemudian. Jauh lebih penting untuk menjaga rasa ingin tahu anak dengan mengembangkan kreativitas individunya daripada mengajarinya untuk membaca dan menulis diusia dini.
Dan mungkin itulah sebabnya, kita semua, para orangtua yang dulu sejak kecil sudah di paksa untuk bisa membaca agar dianggap anak pintar dan mendahului anak lain, tetapi ironisnya kini malah menjadi orangtua yang jarang atau malas membaca. Apalagi untuk membuat tulisan.
Begini penjelasan alamiahnya. Apabila yang pertama kali dirangsang adalah otak kreatif dan rasa ingin tahu anak, maka anak-anak akan menyimpan segudang pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Semakin banyak yang ingin diketahui anak maka semakin besar pula usaha untuk mencari jawabannya. Oleh karena itu, keinginan anak yang terpendam tersebut akan meledak apabila kemudian dia baru diajari bagaimana cara membaca dan menulis. Maka anak ini akan menjadi keranjingan untuk membaca dan menulis karena begitu banyak pertanyaan yang harus segera dijawab dan begitu banyak pengetahuan baru yang harus dia tulis.
Namun sebaliknya, jika yang dirangsang pertama adalah membaca dan menulis, maka otak kreatif anak ini tergantung dari rangsangan awalnya dan memiliki periode kritis hingga usia 12 tahun. Anak yang waktunya lebih terfokus untuk belajar membaca dan menulis sama sekali tidak memiliki ketertarikan, tidak punya pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, oleh karenanya dia tidak banyak menggunakan kemampuan baca tulisnya.
Mungkin itulah alasan mengapa system pembelajaran di kebanyakan Negara maju lebih mementingkan kreativitas daripada kemampuan membaca dan menulis pada anak-anak di usia dini.
Mari kita renungkan kembali, seperti apakah anak-anak kita dirumah dan disekolah telah dididik?
Bina Kreatif Oktober 2010

Selayang Pandang BKKC .........


BINA KREATIF KIDS CARE
Aksi Peduli dan Berbagi bersama Psikolog

Dalam perjalanan kami mengenalkan dunia psikologi kepada masyarakat awam, banyak sekali kami temukan kendala. Selama ini masyarakat awam hanya tahu kalau tugas psikolog hanya menangani orang stress, mengadakan tes – tes kecerdasan/IQ atau sebatas HRD di perusahaan – perusahaan. Hal ini memang bisa dimaklumi karena kurangnya sosialisasi peran psikolog di masyarakat. Padahal melihat perkembangan perilaku masyarakat saat ini yang penuh dengan tekanan hidup dan berbagai masalah sosial banyak hal yang bisa dilakukan. Sekali lagi, tekanan apapun yang dialami orang tua pasti akan berdampak pada perkembangan emosional anak. Untuk itulah Bina Kreatif mencoba mendampingi orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak.
Suatu hari kami mengadakan dialog di salah satu sekolah yang letaknya terpencil didesa Ciseeng Parung Bogor. Kami menemui seorang ibu muda yang sudah memiliki 3 anak yang masih kecil – kecil. Jangankan bertemu psikolog atau mencari ilmu tentang fase perkembangan anak, untuk biaya hidup sehari – hari dan kesehatan pun sangat sulit. Si Ibu menikah diusia 15 tahun dan diusianya yang hampir berkepala dua ini ia harus mengasuh anak – anak yang menurut kami sangat berat. Karena sisi emosional ibu belum matang dalam mendidik anak maka solusi yang sering dilakukan untuk putra - putrinya adalah dengan memarahi dan memakai kekerasan fisik. Bahkan anak sulungnya yang belum genap 4 tahun harus menerima hukuman setiap hari, mulai cubitan, jeweran maupun pukulan di pantat. Ketika kami ajak dialog, banyak sekali keluhan menghadapi perilaku anak yang menurutnya sulit untuk dikendalikan. Ketika kami menglakukan observasi anak lebih lanjut, ternyata ditemui kondisi anak tergolong “ Hiperaktive”.
Kami mencoba lebih mengarahkan pada tindakan langsung mengatasi masalah si Sulung yang Hiperaktif. Kami melakukan kerja sama dengan pihak sekolah. Alhamdulillah pihak sekolah menyambut baik keinginan kami dan kebetulan ada salah satu guru yang bersedia mendampingi anak di sekolah. Kami sering melakukan kontak dengan guru yang menangani si anak. Penanganan di bulan 1 sampai dengan 6 belum banyak terlihat perkembangannya. Namun penanganan terus menerus diberikan Sampai akhirnya mulai terlihat perubahan menjelang tahun pertama. Anak sudah terlihat jauh lebih bisa mengontrol gerak dan emosionalnya. Semua ini bisa berkesinambungan dengan baik karena ada kerjasama orang tua , sekolah ( guru ) dan psikolog yang mendampingi. Orang tuanya sangat bersyukur walaupun harus menyisihkan biaya 3 ribu rupiah untuk menelpon lewat wartel setiap konsultasi ke kami. Saat ini beliau jauh lebih bisa memahami perkembangan psikologis putra – putrinya, lebih sabar , lebih pengertian dan lebih bersyukur.
Bapak ibu yang budiman itu tadi sekilas berbagi pengalaman menghadapi permasalahan putra – putri di rumah. Masih banyak pengalaman – pengalaman kami dalam mensosialisasikan Psikolog masuk ke sekolah.
Dalam perjalanan kami menelusuri sekolah – sekolah , banyak kami jumpai permasalahan anak mulai dari masalah yang ringan sampai yang rumit. Hampir disetiap sekolah dijumpai anak yang bermasalah mulai dari emosional yang labil sampai kesulitan berkonsentrasi. Bahkan dua tahun terakhir ternyata semakin banyak permasalahan disekolah yang kami temui. Untuk memfasilitasi sekolah, kami luncurkan Program Pendampingan Guru, Program Pendampingan Sekolah dan Program Pendampingan Anak dan Orang tua ( atau biasa kami singkat dengan PPG , PPS , PPA )
Setelah kami luncurkan program PPG , PPS , PPA respon dari orang tua sangat baik. Mereka sangat antusias menanggapi program kami. Kami memberikan layanan konsultasi sore hari jam 4 sore sampai jam 6 sore melalui telepon. Setiap hari rata – rata 10 penelpon menanyakan problem yang dialami putra putrinya. Kami juga memberikan layanan dalam bentuk “Konsultasi via SMS” dan ternyata dalam sehari kami mendapatkan pertanyaan dari SMS sangat banyak. Awalnya kami sempat berfikir bagaimana menanggulangi biaya pulsa telpon yang membengkak. Tetapi Alhamdulillah, bantuan datangnya langsung dari Allah. Insyaallah rezeki datangnya dari mana saja. Sampai saat ini layanan paling banyak peminatnya adalah sharing via SMS. Para orang tua merasakan banyak manfaat dalam memperoleh penanganan praktis masalah putra – putrinya. Bahkan sekarang ini orang tua bisa memiliki Psikolog Keluarga tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Memang Program Berbagi yang kami luncurkan belum banyak dirasakan banyak orang,. baru sebatas orang tua yang menjadi member Bina Kreatif.
Melalui program konsultasi lewat telepon, orang tua bisa berdiskusi atau menanyakan langsung penanganan masalah anak kepada psikolog. Ada satu peristiwa yang sampai sekarang masih sangat hangat di ingatan kami yaitu ada seorang ibu yang berkonsultasi dan curhat tentang anak semata wayangnya yang kini mengalami Kekurangan fisik dan mental. Hampir dua jam si ibu cerita mulai dari kelahiran putranya Dodi yang lahir premature, sampai usia 2 tahun belum bisa berjalan, bahkan untuk mengucapkan kata “mama” saja baru terdengar jelas ketika usianya sudah 4 tahun. Dodi juga sering sakit – sakitan hampir setiap bulan berobat ke dokter atau Rumah sakit Dodi anak yang tidak bisa diam, aktif bergerak, dan diusianya yang hampir 7 tahun kondisi mentalnya masih seperti anak 4 tahun. Belum lagi menghadapi keluhan dan cibiran tetangga yang menganggap Dodi anak aneh dan nakal, Bahkan yang lebih menyakitkan ketika Dodi harus dikucilkan dengan teman – teman seusianya karena orang tua yang lain khawatir kalau anaknya akan “disakiti” oleh Dodi. Dalam waktu yang cukup lama kami pun ikut merasakan kesedihan yang dihadapi si ibu. Kami hanya bisa memberikan motivasi dan mempersilahkan sang ibu untuk datang langsung ke Bina Kreatif untuk sharing dengan konsultan dan terapis kami.
Kami bisa memahami betapa beratnya memiliki anak yang punya “keterbatasan”, karena kamipun pernah mengalami hal yang sama. Ini sedikit cerita tentang anak pertama kami Fian. Diusia 4 bulan Fian sering mengalami kejang/ Step. Ketika demam dengan suhu badan 38 derajat Celcius saja anak kami sudah mengalami kejang. Hal ini memicu kecemasan yang sangat berlebihan pada diri kami. Kami juga menyadari bahwa anak yang sering mengalami kejang pasti akan mengalami keterlambatan berfikir dan emosionalnya cenderung kurang stabil. Ketika Fian masuk TK terlihat konsentrasinya tidak maksimal, bahkan menurut guru kelas, cenderung banyak melamun. Kami mencoba mencari literature kemana – mana mulai dari dokter syaraf, dokter spesialis anak bahkan sampai tak terhitung buku perkembangan anak yang kami baca. Peristiwa anak kami dikucilkan teman, dipandang sebelah mata oleh tetangga, tidak dipahami oleh guru kelasnya adalah perjalanan hidup yang telah kami lewati. Beban kami bertambah berat karena kami dikenal sebagai Psikolog yang sering memberikan solusi kepada banyak orang. Bagi orang yang tidak tahu kronologis kejadiannya pasti akan berpikir masa sih anak seorang Psikolog kok kayak gini ???? perkembangan anaknya jauh sekali dari ideal. Rasa tidak bisa menerima ketetapan Allah juga pernah kami alami, astaghfirullah’aladzim……..Namun kami tetap mencoba bersabar dan terus berusaha. Alhamdulillah jerih payah kami ada hasilnya, kesabaran kami membuahkan hasil. Saat ini putra kami sudah kelas 5 SDN Cipayung Jaya Depok, dan hasil belajarnya lumayan menggembirakan. Akhirnya kami menyadari, ternyata hikmah yang ada dibalik peristiwa ini jauh lebih berharga dibandingkan dengan kesulitan yang telah kami lewati dan yang akan terus kami perjuangkan. Kami jadi lebih bisa memahami orang tua yang mengalami hal yang sama dengan yang kami rasakan. Dan Insyaallah kami ingin berbuat lebih banyak lagi untuk menolong orang tua yang memiliki anak bermasalah dan “special need”
Mulai tahun 2002 - 2003 kami melakukan kegiatan pendampingan anak berkebutuhan khusus. Program pendampingan kami tidak hanya fokus pada penanganan anak melalui terapi saja, tetapi kami juga berusaha mendampingi orang tua. Kami sadar bahwa beban mental orang tua yang memiliki “anak berkebutuhan khusus” sangat tinggi. Karena bagaimanapun juga siapa sih yang mau punya anak special need? Dan kami pun yakin para orang tua ini tidak punya bekal untuk mendampingi anaknya. Padahal orang tua adalah bagian terpenting untuk kemajuan perkembangan anak yang memiliki keterbatasan. Dengan sering mengajak sharing orang tua, kami berharap beban psikologis orang tua bisa turun sehingga lebih bisa menerima kondisi anak, memiliki motivasi positif terhadap anak, yang tentu saja berdampak besar terhadap kondisi psikologis anak. Kami sadar bahwa program pendampingan ini belum berjalan maksimal, sehingga pada tahun 2006/2007 kami mulai mensosialisasikan sedikit demi sedikit problem anak berkebutuhan khusus di sekolah – sekolah yang telah menjadi member kami. Kami berharap semakin banyak orang tua dan pihak sekolah yang paham tentang wacana ini maka semakin banyak juga orang tua yang tertolong.
Walaupun kami fokus pada anak berkebutuhan khusus tetapi kami membuka akses juga untuk sharing seputar problema anak. Sharing kami lakukan di acara Parenting Course hasil kerjasama Bina Kreatif dengan sekolah – sekolah binaan maupun di kantor Bina Kreatif Jl. Akar Wangi 2 no. 24 Komplek Departemen Pertanian “Atsiri Permai” Citayam phone 021 87987089 setiap hari Senin – Sabtu dari jam 8 – 11 siang , dengan dibantu 3 terapis dan 1 konsultan.
Seiring waktu semakin banyak orang tua yang merasakan manfaat sharing yang kami lakukan. Bahkan kami memberikan layanan sharing gratis bagi orang tua yang mempunyai “Member Card Bina Kreatif Kids Care” dengan terlebih dahulu konfirmasi kedatangan.
Kami turut bahagia ketika orang lain bisa mendapatkan manfaat dari apa yang kami berikan . Semoga bermanfaat dan Tetap Semangat !!!!!

Bina kreatif , September 2010

Halo Indonesia


Smart Dialog :
Baru baru ini kami menerima surat dari member kami yang berisi seputar problematika orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Kami sengaja menampilkan surat ini (tentu saja dengan menyembunyikan nama dan identitas asli) untuk sekedar memberi gambaran bagi para orang tua yang juga memiliki masalah yang sama. Semoga saja bisa menjadi sumber inspirasi dan pencerahan bagi para ortu yang memiliki “special need children” Petikan isi suratnya sbb:
"Ass..ka wien sy punya anak ADS hiperaktif bernama Aca.Dia anak yang sangat aktif Saat ini Aca sekolah disebuah TK. Sejauh ini sudah mulai agak bisa diarahkan dan mulai nyaman tp usaha saya ini tidak didukung olh suami & keluarga suami saya. Mereka terkadang suka memukul walau tidak kencang tapi saya sebagai ibu saya sakit hati saya mau marah ga enak karena menghargai orang tua dan ujung-ujungnya saya malah emosi sendiri sama Aca, terkadang saya sedih dan menangis kenapa sikap mereka begitu apa meraka ga bisa nerima anak saya karena malu...saya ga mau usaha saya sia-sia. Aca sudah sedikit mandiri dan disekolah sedikit sudah bisa diarahkan tapi kalo terus begini saya takut dampak disekolah dia jadi kasar...tolong ka wien saya minta solusinya dan untuk saya gimana saya harus menahan agar saya juga tidak ikut emosi kasihan juga anak saya ka’...terima kasih Wassalamu alaikum"

Jawaban Kak Wien :
Waalaikum salam , Trimakasih mama Aca telah berbagi , memiliki anak berkebutuhan khusus memang berat bagi orang tua. Kita tidak pernah mengharapkan punya anak "special need". Tapi bagaimanapun anak adalah anugerah yang diberikan Allah SWT kepada kita dan tugas kita hanya menjaga amanah yang diberikan Allah. Saat ini mungkin masih ada sikap penolakan terhadap anak. Tetap jaga kesabaran ya bu..........Insyaallah ada hikmah dibalik semua ini. Siapa tau justru anak inilah yang akan mengangkat derajat ibu kelak dikemudian hari. Saya menyarankan ibu untuk masuk dalam komunitas/ kelompok orang tua yang punya anak berkebutuhan khusus atau paling tidak orang tua yang punya problem sama dengan ibu. Ibu bisa sharing seputar anak dengan mereka. Kebetulan di Bina Kreatif juga ada program terapi untuk anak berkebutuhan khusus, jadi setiap hari Insyaallah ada terapis yang standby ditempat. Ibu bisa ke Bina Kreatif untuk sekedar sharing dengan terapis kami. Tapi sebelumnya hub via telpon dulu ya bu, untuk mencari waktu yang agak longgar.Yang terpenting beban psikologis ibu sedikit berkurang. Dengan demikian akan mengurangi emosi dan menstabilkan kondisi emosional ibu. Memang sih...dukungan suami dan orang sekitar kita akan membantu, tapi kalau kondisi saat ini tidak memungkinkan ya....tetap sabar dan terus berdoa ya bu. jangan putus asa dan tetap semangat!!! Wassalamualaikum.

Hendaknya ini menjadi bahan renungan bagi kita semua. Betapa sebenarnya sungguh berat beban orang tua yang harus menerima kenyataan memiliki anak “tidak sama” dengan anak lain. Untuk itu kami menghimbau bagi anda yang melihat anak – anak berkebutuhan khusus ( ADHD, Autisme, Down Syndrome, Sindroma Asperger’s, Celebral Palsy, dll) entah itu tetangga, sanak saudara, keponakan, murid dikelas, dsb , mohon jangan kucilkan mereka. Sedikit perhatian yang anda berikan sangat bermakna bagi mereka. Karena bagaimanapun juga mereka tetap anak – anak Indonesia yang butuh kasih sayang, perhatian dan pendidikan yang layak.
Dan bagi anda para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tetap sabar dan tetap berjuang untuk anak kita. Bagaimanapun mereka adalah amanah dari yang maha kuasa yang harus tetap kita jaga. Yakinlah…….. pasti banyak HIKMAH tersembunyi dibalik ini semua.

Info : Ikuti Program On Line Consulting bersama Kak Wien Setiap hari selama Bulan Ramadhan Hub : 87987089 / 08151853874

Bina Kreatif 2010


Membentuk anak Indonesia yang Berakhlak mulia
Setiap orang tua pasti menyayangi anaknya dan berusaha sedapat mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya. Kita menginginkan anak – anak kita bersikap manis, baik, tidak menimbulkan masalah, dan mau menuruti perilaku disiplin yang kita terapkan dalam keluarga. Namun adakalanya anak – anak yang kita cintai ini bertindak tidak sesuai dengan harapan kita. Kondisi ini memicu konflik antara orang tua dan anak. Sebenarnya perilaku anak- anak ini wajar, karena mereka masih mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Tugas orang tualah yang membimbing anak untuk mengetahui perbuatan mana yang benar dan mana yang salah. Para orang tua diwajibkan menjalankan aturan yang sama dalam proses pendisiplinan anak yaitu jangan sampai merusak suasana emosional anak.
Pada dasarnya disiplin adalah menemukan alternative yang efektif untuk menghukum.
Dalam upaya menegakkan disiplin, segala hal yang menimbulkan kemarahan harus dihindari. Sebaliknya segala sesuatu yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri dan diri orang lain harus terus dibina
Menegakkan disiplin pada anak membutuhkan keterampilan khusus yang tentu saja dapat dipelajari oleh semua orang tua khususnya kemampuan untuk memahami perasaan dan keinginan anak dan kemampuan untuk mengekspresikan suasana emosional. Ketika orang tua tidak terampil mengekspresikan perasaannya maka yang terjadi adalah orang tua cenderung menghukum dan mengecam anak. Orang tua seperti ini tidak memahami bahwa ucapan mereka bersifat merusak dan menyakiti hati anak. Akibatnya apa? Anak mulai membenci diri mereka sendiri dan orang tua mereka Anak menjadi suka melawan. Kalau ini dibiarkan berlarut – larut ada anak yang dikuasai hasrat untuk membalas dendam kepada orang tuanya.
Apa yang membuat anak – anak sekarang ini cenderung emosional dan melawan ?
Beberapa tanda – tanda DEKADENSI MORAL :
1. Kekerasan dikalangan anak – anak , remaja dan dewasa meningkat.
2. Bahasa anak – anak sekarang cenderung kasar
3. Kriminalitas terus meningkat , makin banyaknya anak – anak jalanan yang kurang tertangani.
4. Pedoman moral anak – anak cenderung menurun sehingga sering muncul kebohongan – kebohongan anak.
5. Banyaknya perilaku yang menyimpang , anak - anak mulai merokok , anak membunuh orang tuanya dll.
6. Rasa hormat terhadap guru menurun.
7. Tanggung jawab individu dilingkungan mulai menurun. ( Fasilitas umum kotor )
8. Ketidak jujuran membudaya
9. Pedoman moral makin menurun , matinya suara hati
10. Etos kerja menurun , munculnya korupsi di berbagai kalangan.
Penyebab :
 Modernisasi pola asuh orang tua yang cenderung salah kaprah.
 Tekhnologi dan informasi yang cenderung bebas diakses anak
 Film – film yang lebih mengarah pada perkelahian , sex dan kekerasan.
 Berkurangnya intensitas komunikasi dalam keluarga.
 Lingkungan yang makin tidak kondusif
Ilustrasi :
Apa yang kita lakukan terhadap putra – putri kita di usia 0 thn sampai 8 tahun akan jadi sesuatu yang sangat berpengaruh di usia remajanya nanti ( 12 thn – 15 tahun ).
Apabila kecemasan , teriakan , bentakan yang sering kita lakukan terhadap anak – anak kita tentunya akan berimbas pada perkembangan emosional anak nantinya. Sebaliknya apabila kita didik anak – anak kita dengan kesabaran , ketekunan dan pengetahuan yang cukup tentunya akan sangat baik pengaruhnya pada perkembangan emosionalnya anak.
Contoh kasus yang mulai membuat hati kita gundah :
 Di Malang jawa timur , Di tegal , Kudus , di Magelang jawa tengah dan di lampung ada anak usia balita sudah menghabiskan puluhan rokok batangan setiap harinya layaknya seorang dewasa.
 Di Bantul Yogyakarta , anak balita memiliki kebiasaan memakan kapur tulis , di jawa timur ada anak yang memiliki kebiasaan makan obat nyamuk bakar , ada anak yang memiliki kebiasaan makan sabun mandi.
 Perkosaan terhadap anak , pelecehan sex pada anak – anak dan remaja , penculikan anak , perdagangan anak , Exploitasi anak – anak yang akhir – akhir ini semakin marak terjadi.
 Di Indramayu jawa barat , ada anak yang bunuh diri karena belam membayar sekolah , Di Yogya anak bunuh diri karena tidak memiliki seragam pramuka , dan yang terakhir ini anak remaja bunuh diri karena tidak lulus ujian nasional.
 Di Cilacap Jawa tengah , Ada anak yang tega menganiaya orang tuanya sendiri, Di Lombok NTB ada anak remaja menyetubuhi ibunya sendiri , Di Kendal Jawa tengah Seorang anak remaja tega membunuh ayah kandungnya karena tidak dibelikan sepeda motor.
 Di Bumi ayu Jawa tengan ada sekelompok anak remaja laki ( Klas 2 – 3 SMP ) dengan sadisnya memperkosa anak perempuan klas 3 Sekolah dasar dan membunuhnya, lalu jasadnya di buang di semak belukar.
 Di Depok Jawa barat , Razia Warnet Puluhan remaja dan anak – anak terjaring di jam – jam sekolah , sebagian besar mereka membolos sekolah . Apa yang mereka lakukan di warnet : data menunjukkan 30 % bermain games on line , 40 % nonton BF , 20 % FB dan 10 % Cari pengetahuan .
 Kasus – Kasus perkelahian mahasiswa , perkelahian pelajar bahkan perkelahian antar kelompok tertentu saat ini makin sering terjadi.
 Kasus Narkoba masih marak dan terjadi dimana – mana.
Yang jadi pertanyaan : “
1. Dimana Moral , Budi pekerti dan Akhlaq mereka letakkan ?
2. Dimana Tanggung jawab mereka sebagai Individu yang harus bisa bermasyarakat ?
3. Apa yang melandasi mereka melakukan semua ini ?
Coba kita lihat apa yang terjadi saat ini :
• Tuntutan kebutuhan hidup sebagai anak muda dan aktualisasi dirinya se makin tinggi.
• Tuntutan pendidikan yang berorientasi pada nilai - nilai akademik.
• Dunia pendidikan mulai lebih cenderung kearah “Bisnis Oriented”
• Penilaian keberhasilan masih didasari pada Material
• Pudarnya norma – norma natural dan mulai masuk budaya – budaya modern yang sering tidak sesuai.
• Minimnya pendidikan akhlak , pembelajaran budi pekerti di level – level dasar.
• Anggapan bahwa keberhasilan seseorang karena memiliki kecerdasan akademik yang tinggi. Sehingga hampir sebagian besar orang tua bangga memiliki anak yang juara satu atau menjadi bintang kelas , dan merasa gagal kalau putra – putrinya tidak dapat nilai yang memuaskan. Hal inilah yang bisa menyebabkan anak depresi atau mungkin bisa menghalalkan segala cara untuk jadi juara atau mendapat nilai yang memuaskan. Atau bisa jadi sampai akhirnya setiap hari anak harus mengikuti kegiatan kursus , sehingga hari – harinya padat dengan aktivitas akademik yang sudah diatur sedemikian rupa dan akhirnya ank – ankpun menjadi kehilangan jam – jam bermain mereka.

Langkah – langkah Pendekatan untuk anak adalah sebagai berikut :
“ Luangkan waktumu untuk mendidik anak – anakmu niscaya akan kau dapati kasih sayang dan perhatian yang lebih hakiki dari anak – anakmu di kemudian hari nanti , tetapi apabila kau biarkan semua berlalu maka akan kau sesali keadaanmu suatu hari nanti”
Setiap hari ada saja permasalahan yang muncul karena ulah dan perilaku anak – anak kita , terkadang membuat kita jadi kehabisan cara bagaimana lagi supaya emosional dan perilakunya bisa diarahkan. Kita berteriak , sementara anak kita lebih kencang teriaknya, dan pada akhirnya langkah kta adalah dengan marah dan emosi. Bagaimana Tips mengarahkan emosional anak – anak kita sehingga perilakunya lebih teratur :
1. Sentuhan Lembut tangan Orang tua lebih bisa menyelesaikan.
Bapak , ibu dan para orang tua yang berbahagia, dahulu orang tua kita memiliki anak empat , lima bahkan sampai dua belas, tetapi mereka terlihat tetap asyik asyik saja. Kita saat ini baru punya satu atau dua ank saja sudah merasa kelelahan menghadapi anak – anak kita. “Saat ini yang diperlukan oleh anak anak kita bukan suara keras , nada yang tinggi , teriakan saat memanggil anak – anak, Tetapi yang lebih mereka butuhkan adalah Sentuhan lembut tangan orang tua. Jadi jelasnya “ Fisik” kita lebih bisa dirasakan oleh anak dari pada suara keras kita sebagai orang tua.
2. Pahami saat – saat sensitive anak
Bapak ibu yang berbahagia, bersyukurlah kalau anak – anak masih mudah diarahkan , tapi ingat “bukan karena takut dengan papa dan mamanya yang galak lho?” jadi berusahalah menghindari dan meminimalkan konflik pada saat anak sensitive yaitu :
• Saat mandi dan berganti baju
• Saat makan makan dan minum
• Saat anak akan tidur
Dengan bisa meminimalkan konflik di tiga waktu tersebut maka anak – anak akan merasakan kenyamanan emosional.
3. Efektifkan cara “Marah” terhadap anak.
Biasanya langkah terakhir yang kita lakukan untuk meneraturkan emosional anak adalah dengan marah, kita beranggapan bahwa setelah dimarahi akan selesai masalahnya, tapi……. Kenapa justru anak tambah membangkang. Why ? lalu bagaimana efektifnya. Lakukan langkah – langkah berikut :
• Anak sulung , karena bebannya tinggi dan anak lebih cemas maka penekanannya pada kontak mata , tatap mata anak , lalu tekankan dan jelaskan kesalahan atau permasalahannya dengan intonasi agak tinggi , lalu langkah berikutnya anak dipeluk erat. Disinilah rahasianya “Transfer Naluri” dan anak akan lebih memahami kenapa orang tuanya jadi marah.
• Anak bungsu , karena karakternya agak egoism aka penekanannya bukan dengan omelan , tetapi lebih pada “Personal touch”. Jadi ketika si bungsu berulah kita bisa langsung menarik anak , dudukkan dan terakhir didekap erat , jangan dilepas sebelum emosinya reda. Ingat, tidak perlu dengan kata – kata …. Apalagi dengan nada tinggi…PERCUMA!!!!
• Kalau dengan anak tengah ini sudah sangat beda konsepnya , sebaiknya melibatkan peran ayah, karena posisi Ibu sudah Low Power. Olehkarenanya tidak mungkin ketiganya di hendel.

4. Meng-efektifkan waktu belajar
Terakhir bagaimana langkah - langkah efektif meneraturkan belajarnya anak. Bapak ibu yang berbahagia , paling tidak kita tahu dan memahami konsep belajarnya anak :
• Moody , jadi saat emosionalnya baik anak akan lebih mudah belajar, tetapi yang perlu diingat saat sensasi anak yang muncul , nah itu yang harus kita hentikan. Missal ketika ada tamu, atau minta belajar ketika mau tidur, “Stop” jangan diikuti.
• Perlu teman dalam belajar, tapi jangan sampai emosi pada saat belajar atau menemani belajar anak bisa merusak “SENSORIK INTEGRASI” ANAK , Sehingga menulis angka 3 terbalik, 2 terbalik , b keliru dengan d.
• Jangan dibanding – bandingkan , karena pada dasarnya anak ingin bisa mengapresiasikan ke,mampuan dan potensinya.
Mudah mudahan bisa berhasil, lakukan dengan Tegas bukan emosi, Tega ,jangan setengah setengah , dan teratur dikontrol dan diarahkan. Oke, tetap sabar … tetap semangat …. Tetap kreatif …..dan………. SUKSES !!!!!!!
Bina Kreatif , Oktober 2009
INFO SELANJUTNYA : “ BINA KREATIF KIDS CARE “ 08151853874 ( HOTLINE / SMS ) / 87987089

Obrolan Pagi......


STRESS DALAM MENGAJAR
Rutinitas sehari - hari sudah barang tentu membuat seseorang mengalami kejenuhan. Berawal dari kejenuhan yang ringan sampai akhirnya mencul kejenuhan yang berat , hal ini juga bisa berdampak negative pada emosional seseorang .
Misal satu contoh kasus : Ada seorang guru yang awalnya sangat rajin , semangat penuh ditahun - tahun pertama , dan begitu memasuki tahun kedua , ketiga mulai menurun semangatnya. Mulai muncul permasalahan dalam kesehariannya mengajar. Apa yang membuat perubahan ini…. tentu saja ada perubahan. Seandainya tiap hari terus menerus mengajarkan pada anak - anak didik sementara ilmunya sendiri tidak ditambah ya.. tentunya makin defisit bekal materi ilmunya. Tidak kalah pentingnya menurunkan tingkat stressnya…. yaitu salah satunya dengan refreshing yang kreatif.
Satu ilustrasinya seperti cerita berikut ini : Suatu hari ada seorang yang pekerjaannya menebang pohon di hutan, setiap hari orang ini bisa menebang 15 sampai 20 batang pohon. Dengan tenaga dan semangatnya ia sangat rajin dan bekerja keras. Suatu hari Si Penebang pohon ini di ajak untuk bekarja di sebuah perusahaan kayu terbesar di kota itu. Singkatnya si penebang pohon ini hanya bertugas menebang pohon dengan jumlah tertentu saja yaitu antara 10 - 12 batang pohon saja setiap harinya. Waktupun berlalu, sampai pada suatu hari si Penebang pohon hanya mampu menebang 5 batang pohon saja. Beberapa waktu kemudian ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaanya . Pada waktu menghadap pada Sang Manager Perusahaan , ia menyampaikan keluhannya bahwa ia sudah tidak sanggup lagi berkerja karena tenaganya sudah menurun , semangatnya menurun sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan target perusahaan. Lalu Sang manager pun memberi nasihat : “Bukan tenaga anda yang menurun tetapi anda lupa bahwa Kampak yang anda gunakan untuk menebang pohon juga perlu diasah. Barapa kali anda mengasah kampak dalam sebulan ini?” lalu ditegaskan lagi bahwa anda terlalu fokus dengan target - target dari perusahaan , sehingga anda menjaadi terbebani , yang pada akhirnya anda pun lupa untuk mengasah kampak yang anda gunakan . Sudah barang tentu kampak setiap saat anda gunakan jadi tumpul. Cobalah untuk lebih jernih berfikir” tegas sang manager.
Dari kisah diatas tentunya mencari dan menambah ilmu jadi sangat penting bagi seorang pengajar yang setiap hari harus mengajar anak didik. Disamping itu menurunkan beban psikologis juga sangat penting sehingga motivasi mengajar jadi meningkat.
Touring / Wisata yang Bermanfaat……..
Sekedar berbagi cerita. CREW “BINA KREATIF” GOES TO JOGJA
Asyik , seru , meriah and tambah semangat….. Asyiknya di Pegunungan “Bebeng Merapi” , dan Udara pantai yang sangat menyejukkan otak yang penuh dan penat dengan kejenuhan. “ 5 Hari DiJogja” Serasa indahnya. Setelah kembali keJakarta semangatpun jadi meningkat.
“Sukses Bina Kreatif dan Tetap Semangat”

OBROLAN PAGI ala Kak Win

Rahasia si “ Enam ” tahun
Kenapa Usia 6 Tahun anak baru siap masuk Sekolah Formal ( Sekolah Dasar ). Berdasarkan teori kematangan ternyata diusia 6 tahun itu perkembangan daya nalar , daya pikir dan kematangan emosional anak mulai berkembang selaras dan saling berkaitan , sehingga bisa ditarik benang merah sedikit bahwa diusia itulah mulai menampakkan kematangan berfikir dan kematangan emosional ( Pengendalian diri terhadap permasalahan yang dihadapi anak dan perlahan – lahan tanggung jawab anak mulai muncul ).
‘N Than…… bahwa Kurikulum Sekolah Dasar memang dirancang untuk daya pikir , daya nalar dan kematangan emosional usia diatas “enam” tahun, Jadi sangat mungkin ketika anak usianya belum matang alias kurang dari 6 tahun bisa dipastikan mengalami banyak hambatan : bisa hambatan konsentrasinya , akademisnya maupun emosionalnya.
Nah , Untuk para Orang tua yang memiliki anak kurang dari 6 tahun…. Hati – hati saja deh.. kalau bisa dimatangkan dulu , alias masuk Es De - nya ditunda dulu……
Untuk sekedar gambaran saja , dari pengalaman saya menghadapi dan mengamati perkembangan emosional anak yang mungkin baru 13 “Thirdteen” berkecimpung didunia anak – anak ternyata memang banyak hal – hal yang bisa dijadikan pedoman memasukkan sekolah.
Pertama : Menyekolahkan putra – putri anda tidak usah terburu – buru apalagi sampai – sampai anak belum memasuki usia pra sekolah atau taman bermain … eh..ternyata si Ortu terburu – buru memilihkan tempat beraktivitas yang baik ( alias sekolah PeGe atau TeKa yang mungkin tidak memadai untuk aktivitas explorasi anak) ..… akibatnya ????? bisa ditebak berandai – andai bahkan menganggap anaknya sudah kelamaan sekolah ‘n dianggap sudah bosan , trus akhirnya 50% alias setengah memaksakan anak. Katanya, ”Anak kami sudah bosan di TeKa dan katanya diajak ke EsDe anaknya mau sekolah disitu..he..he..…..” yaaa Okelah..kalau begitu.
Kedua : Kalau belum enam tahun tidak perlu terburu – buru memasukkan putra – putrinya ke EsDe. Kata si Ortu sih : “Lho…. Kan bangga mas …kalau masuk sekolah lebih muda…….!!!!!” ( Apanya yang di banggakan kalau pada akhirnya anak menemukan banyak masalah di sekolahnya… Mulai kesulitan belajar… tambah emosional… nggak konsen…. ‘n basih berjubel masalah mengantri di kepala anak…) Kalau sudah begitu siapa yang disalahkan “ So Pasti bakal terjadi KETEGANGAN saat belajar , terdengar lengkingan suara yang tinggi kalau anak menjawab salah berulang – ulang……atau mungkin anak jadi malas atau takut kalau mau belajar… “habisnya kalau belajar Ortu mesti marah – marah melulu..” kata sianak. He…heeee…….. Capek dech…..
Ketiga : Ternyata kematangan anak laki – laki dan perempuan berbeda lho.…….. Dari penelitian , pengamatan ‘n pengalaman ternyata anak laki – laki matang ke EsDe rata – rata diatas 6.5 tahun, kalau anak perempuan ternyata 6.2 tahun…… Nah kalau putra – putri kita usianya sudah lebih dari itu…. Pasti dech… lebih asyik disekolahnya.
Coba ikuti Ilustrasi ini……… kedepan tantangan jaman untuk anak – anak kita jauh lebih berat , apalagi tantangan globalisasi tekhnologi…Internet , tayangan TV kabel , Games On line , Ef Be , deelel. Kan anak – anak kite jadi mudah terhasut dan terpengaruh dengan hal – hal seperti itu… yanggaak…….. Coba sekarang dijawab. “Pilaih mana , Punya suami yang matang atau yang setengah matang?...hehe…. pasti pingin punya suami yang matang donk…. Emang mau dirujak setengah matang….”
Nah sekarang anak laki – laki kita kan kedepanya bakal jadi anak dewasa ,…… ‘n gimana kalau anak – anak kita dewasanya nanti kurang matang……. Lalu gimana nantinya kalau dia harus jadi kepala rumah tangga …. Kan harus matang juga…… MAKANYA….. biarkan nanak laki-laki matang dulu biar gedenya juga matang…kan enak……
Contoh Kasus :
Baru – baru ini mulai banyak keluhan diri guru – guru EsDe kelas enam , terutama pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam alias IPA , nah… pada bab “Alat – alat Reproduksi” anak – anak mulai muncul tuh , pemikiran – pemikiran negative…… ( pernah ada seorang siswa yang bertanya “Gimana membuat anak”) Spontan guru terperangah ( Apalagi bu Guru / Pak Gurunya masih lanjang ) , lalu para guru pun mencoba menjelaskan , tetapi apa katanya anak …… “Dari pada susah – susah belajar dan menerangkan lebih asyik nonton VCD nya saja ..kan lebih jelas”.
Karena dirasa janggal anak – anak akhirnya di interogasi alias dipanggil satu persatu…… dan ternyata dengan jujur anak menjawab “ Saya Pernah Noton Film Blue”.
Menurut psikolog ini sangat menarik dipelajari ……………….. dan ternyata…. ( Lagi – lagi orang tua kita tanyai tentang putra – putrinya ). Ada dua pertanyaan yang diajukan :
1. “ Bagaimana perilaku – putra – putri anda dirumah? Jawaban ortu “ Putra – putri kami semua baik – baik dan masih dalam keadaan aman – aman saja”.
2. “ Tahukah Bapak / Ibu kalau putra – putri anda sampai kelolosan Nonton Film Blue?” Jawaban Ortu… “ Ah… mana mungkin anak kami berbuat seperti itu … padahal kami sudah mengawasinya setiap saat…!!!!!!!...pokoknya tidak mungkin terjadi pada anak – anak kami.”
Bapak – Ibu , Papa-mama , Ayah –Bunda ,…… sadarlah bahwa kita ini tidak mungkin mengawasi putra – putri kita 24 JAM , “kayak Dokter Jaga saja.” Buktinya begitu kita lengah mereka terseret ARUS SUNAMI negative. Begitu patuhnya putra – putri kita di rumah , eh… ternyata diluar anak kita tidak bisa memfilter Informasi negative. Kalau sudah begini SIAPA YANG SALAH ???????
Dan yang lebih mencemaskan lagi ternyata anak – anak kelas 5 EsDe saja juga sebagian pernah melakukan hal yang sama……… Duh…duuuuuhhhhhhh….mau jadi apa anak – anak kita ini …….
Bapak – Ibu , Papa-mama , Ayah –Bunda ,…… ternyata setelah di evaluasi , diteliti dan dicermati anak – anak yang mudah terseret ARUS GLOBALISASI negative 90 % mereka – mereka ini masuk sekolah / disekolahkan Ortunya dengan usia yang “ BELUM MATANG”. Kata Si Anak… “ Ah… bosen belajar terus …capek… mendingan cari hiburan yang lebih asyik.” Ya….ada yang facebook – kan , games online –nan, atau sekedar iseng nonton BeEf.
Belum lagi kejadian Sweeping Internet yang baru – baru ini dilakukan para aparat,….e..e… ternyata yang terjaring juga anak - anak remaja yang memang dari awalnya kurang matang bersekolah , yang akhirnya…. Jadi muncul sensasi – sensasi negative .
“ Coba kau renungkan….. coba kau pikirkan ….bagaimana kalau…… anak – anak jadi berantakan………” “ Coba kau renungkan….. coba kau pikirkan ….bagaimana kalau…… anak – anak bebas internatan………” “ Coba kau renungkan….. coba kau pikirkan ….bagaimana kalau…… anak – anak nonton Begituan………” “ Coba kau renungkan….. coba kau pikirkan ….siapa sekarang yangharus disalahkan………”
He…he… kok jadi nyanyi sih……. Tapi tolong donk DIRENUNGI !!!!!!! Kalau nasi sudah jadi bubur , harus diolah jadi bubur ayam yang tetap enak rasanya…..
( Ternyata kejadian ini banyak ditemui juga oleh temen – temen yang menekuni dan berkecimpung didunia anak – anak )
NB : Mengapa Usia “Enam” tahun Menjadi Penting …….
Sebuah Ilustrasi sederhana.
Anto Seorang anak Kelas 2 disebuah sekolah Full day school di Jakarta saat ini mulai sering marah – marah tanpa sebab , yang jelas disamping itu ia seringkali malas – malasan belajar , banyak alasan dilontarkan , mulai dari capek , mau nonton dulu atau mau beraktivitas yang lain dulu dan masih banyak lagi alasannya. Satu permasalahan seperti berikut ini :
Suatu sore Anto sedang asyik bermain mobil – mobilan yang minggu lalu baru dibelikan ayahnya dari Malaysia, tiba – tiba ia dipanggil ibunya :
“ Anto !!! “ seru sang ibu dari ruang keluarga sambil membawa lembaran kertas berisi jadwal ulangan semester ganjil SD kelas 2 anaknya.
“ Iya Bu….. sebentar.” Jawab Anto masih sambil asyik bermain mobil – mobilan.
“ Anto….. cepat kesini ….. Ibu juga penting !!!” tegas sang ibu sambil membaca urutan jadwal materi pelajaran yang diujikan.
“ Sebentar …. Kenapa sih Bu….. kan Anto lagi main mobil – mobilan.” Jawab Anto sambil menghampiri ibunya .
“ Lihat ini. Besuk pagi kamu mau ujian semester… Sekarang kamu harus belajar!!!”. Tegas ibu.
“ Sudah sekarang belajar dulu …. Besuk bermainnya dilanjutkan lagi.” Tambah ibu sambil memberikan buku – buku untuk dipelajari anaknya.
Akhirnya dengan berat hati Anto belajar ditemani ibunya…………………
Kejadian semacam ini seringkali terjadi , bahkan anak belum sempat mengemukakan alasan – alasannya. Apalagi kalau didapati nilai anaknya kurang , pasti akan lebih serius lagi control terhadap anaknya.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi pada anak , dan apa yang sedang dialami orang tuanya.
“ BIJAKSANA” Itulah kata yang semestinya ada pada semua orang tua. Mari kta coba telusuri satu persatu.
1. SUDUT PANDANG KONSENTRASI.
Dari hasil penelitian , survey dan literature ternyata anak usia 6 tahun rata- rata memiliki kemampuan berkonsentrasi kurang lebih 10 menit setiap jamnya. Jadi dalam 24 jam seorang anak mampu berkonsentrasi selama kurang lebih 240 menit atau 4 jam.
Sekarang kita lihat kenyataannya.
• Anak sekolah yang biasa , rata – rata memerlukan waktu belajar dari jam 07.00 sampai jam 10.00. Berarti anak melakukan aktivitas formal kurang lebih 3 jam , artinya anak masih memiliki waktu kurang lebihnya 1 jam untuk belajar dirumah ( mengerjakan PR , atau Kursus – kursus yang dijalani anak ).
• Anak sekolah Full day , rata – rata memerlukan waktu belajar dari jam 07.00 sampai dengan jam 14.00. Berarti anak melakukan aktivitas formal kurang lebih 7 jam , artinya dalam setiap hari anak mengalami devisit waktu formal 3 jam setiap harinya. kalau demikian apa yang harus dilakuan oleh anak dan orang tua dirumah , haruskah anak masih belajar dirumah ???? atau masih sempatkah anak mengikuti les tambahan pelajaran.

2. SUDUT PANDANG WAKTU BERMAIN
Seorang anak memang sangat memerlukan banyak waktu untuk bermain , bahkan dalam sebuah teori Emosional anak , ternyata sampai umur 7 tahun 70 – 80 % dunianya bermain, ini artinya sebagian besar waktu anak adalah bermain. Lalu bagaimana kalau waktu bermain anak menjadi berkurang ?????? ( tentu jawabannya sederhana “anak menjadi tidak setabil emosionalnya” )
Atau bagaimana sih mestinya anak bermain itu ???
Kata “BERMAIN” identik dengan sepontanitas anak melakukan aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan tingkatan usianya.
Lalu apakah Anak disekolah jam istirahat itu juga bermain ????
Jawabnya bermain disekolah kategori masih dalam batasan waktu formal , sehingga bermain jam istirahat sekolah belum termasuk kategori bermain, Kenapa??? karena tidak spontanitas anak.
Sebuah ilustrasi :
“ Anda ditempat kerja ingin beristirahat di sofa ruangan kerja anda pada waktu jam istirahat , semisal anda tidur – tiduran . Yang jadi pertanyaan seandainya anda tidur – tiduran dirumah anda sendiri , Mana yang lebih enak anda rasakan , Apakah tidur – tiduran di sofa kantor atau tidur – tiduran dirumah ???”
Seorang ahli psikologi anak mengatakan “ Sekarang silahkan bermain…. atau Yuk….bermain yuk….atau sekarang sudah waktu istirahat silahkan bermain !!!” Ungkapan diatas menurutnya bukan kategori bermain untuk anak , karena tidak “SPONTANITAS”
Nah sekarang kembali lagi pada permasalahan bermain . Sudah cukupkah waktu bermain anak – anak kita ??????
Memilihkan sekolah yang tepat untuk anak bukanlah pekerjaan yang mudah , salah menentukan bisa berdampak negatif untuk perkembangan anak – anak kita. Untuk itu perlu di fahami Kesiapan EMOSIONAL dan kesiapan AKADEMIK – nya. Kalau hanya salah satunya saja tentu kurang seimbang., Bisa jadi anak sangat labil dan sensitive diusia remaja atau dewasanya nanti.
A. Kesiapan Emosional. Artinya anak mampu menghadapi permasalahan – permasalahan emosional yang dihadapi , sehingga anak mampu mengendalikan diri secara optimal. Dua hal persyaratan misalnya :
• Usia anak lebih dari 6 tahun
• Mampu berkomunikasi aktif , terutama hal-hal yang menyangkut dirinya.

B. Kesiapan Akademik. Artinya anak mampu menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang terkait dengan akademik ( Sesuai tahapan Usia anak ), terutama kesiapan daya pikir dan penalaran anak.
• Verbal :
Mempu mengenal , membedakan dan mengucapkan huruf
Mampu merangkai beberapa huruf menjadi beberapa suku kata
mampu mambaca dua suku kata sederhana.
• Logika :
Mampu mengenal , membedakan dan mengucapkan anka – angka
Mampu mengerjakan penjumlahan dan pengurangan sederhana ,
Dua hal tersebut tentunya belum sepenuhnya menjamin anak siap , masih banyak hal – hal yang perlu difahami oleh orang tua dalam memilihkan sekolah untuk anak.
PERMASALAHAN :
1. Bagaimana kalau usia anak kurang dari 6 tahun.
2. Bagaimana Kalau terlanjur , sedangkan usia anak masih kurang.
3. Bagaimana memilih sekolah yang tepat untuk anak – anak kita Sekolah biasa atau Sekolah Full day.
4. Apa yang harus dilakukan orang tua ?????
5. Dan masih banyak lagi permasalahan – permasalahan yang belum terjawab.
Untuk tahu jawabannya ikuti program “ Exclusive Bina Kreatif ”
1. Parenting Course
2. Children Psychology Test
3. Basic Personality test ( Parents Psychology test )
4. Family Consulting
INFORMASI : TELP : 021 87987089 HP : 08151853874 ( WIWIN , DEVI , NURUL )
Note : Nara Sumber Akhir Winardi , Master Psi.
Bina kreatif , April 2010
Sebuah renungan dari Kak Wien yang mencintai dunia anak – anak.

REHAT PAGI LEBIH SEGAR


BINA KREATIF talk about…………………..
“ PRE TEEN”
AYAH….IBU….
AKU UDAH GEDE……..!!

Dalam hampir di setiap pertemuan Parenting Course yang kami adakan dengan pihak sekolah yang menjadi member kami, banyak dijumpai orang tua yang mengeluhkan tentang anaknya yang berusia 10 tahun keatas. Dalam satu kasus pernah seorang ibu merasa bingung dengan perubahan sikap anaknya yang berbalik 180 derajat. “ Anak saya dulunya sangat penurut, tidak banyak tingkah, dan tidak punya masalah disekolah. Awalnya saya pikir ia stress menghadapi pelajaran sekolah, tetapi prestasinya baik – baik saja tuh…..guru disekolah juga tidak mengeluh tentang sikapnya disekolah. Tapi kenapa ya akhir – akhir ini ia terlihat agak pendiam dirumah, dan kalau adik atau kakaknya menggoda sedikit saja ia sudah menunjukkan marah yang luar biasa.emosinya meledak- ledak….ada apa ya?”
Ayah……Ibu……. menjadi orang tua adalah sebuah kehormatan yang luar biasa yang telah diberikan Tuhan pada kita. Sebuah tugas mengemban amanah yang penuh dengan tantangan yang ternyata bisa menakutkan bagi kita. Bagaimana tidak? “ Tugas” ini memberikan banyak sekali kejutan yang mungkin tidak pernah kita alami atau tidak pernah kita bayangkan sebelumnya dan mungkin saja tidak akan kita jumpai lagi dimasa yang akan datang. Dulu kita pernah berpikir akan menjadi orang tua yang sempurna bagi anak kita. Namun apa yang terjadi…? Ketika anak – anak bertambah usia dan memasuki fase yang berbeda, banyak orang tua yang kalang kabut bak orang kebakaran jenggot menghadapi segala tingkah polah anaknya yang sungguh diluar dugaan.
Ayah…Ibu…. Dalam rentang usia 9 - 11 tahun adalah awal dimulainya masa pra pubertas. Batasan usia ini bervariasi pada setiap tempat dan kondisi. Ada yang mengalami lebih cepat atau bahkan lebih lambat. Pada masa ini dalam diri anak mulai terjadi transisi dari masa kanak- kanak ke masa remaja.
Setiap orang tua pasti menginginkan segala sesuatunya berjalan stabil, oleh karena itulah perubahan yang terjadi pada anak prapubertas terkadang menimbulkan goncangan yang membuat segalanya kacau balau. Jika diibaratkan masa kanak- kanak adalah sebuah pelabuhan maka anak kita bagai kapal yang tertambat dengan aman didalamnya. Ia terawat dengan baik, segala keinginannya terpenuhi, berlabuh di air yang tenang. Selama masa tenang itulah ia mendapat berbagai macam “ilmu berlayar” seperti bagaimana mengendalikan kemudi, membentangkan layar, menghadapi badai, dll. Namun ketika jangkar diangkat, sang kapal harus siap berhadapan dengan samudera luas yang penuh dengan tantangan. Demikian halnya dengan anak – anak kita, dengan bertambahnya usia semakin banyak ilmu yang diperoleh baik itu dari sekolah, teman, televisi atau bahkan internet. Dan yang harus dicatat dan diperhatikan oleh para orang tua adalah kenyataan bahwa anak mulai sadar bahwa orang tuanya bukanlah sosok sempurna dimata mereka. Jadi jangan heran jika anak kita jadi lebih sering membantah kata – kata kita. “ Enggak gitu pa………., kata ayahnya Andi kan gini….gini…gini……..” dengan semangat menjelaskan argumentasinya tanpa menghiraukan kita sebagai orang tua yang merasa sudah kalah saing dengan orang lain. Lantas bagaimana ya menghadapi anak di usia – usia ini?
Masa prapubertas sebenarnya bukanlah masa paling penting dalam siklus perkembangan anak namun bisa jadi masa – masa yang menyulitkan bagi orang tua dan anak. Yang paling bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut adalah hadirnya HORMON PERKEMBANGAN. Kehadiran hormon ini menyebabkan perkembangan diberbagai aspek kehidupan anak. Mulai dari fisik, seksual, psikis, intelektual maupun moral. Kehadiran hormon Estrogen contohnya, membuat payudara anak perempuan membesar dan kadang merasa sakit, pinggul juga mengembang, dan muncul rambut di ketiak. Hal ini tentunya membuat anak merasa tidak nyaman dan seringkali merasa malu. Belum lagi tidak lama setelah ini anak perempuan mulai mengalami menstruasi dan muka mulai jerawatan. Atau mulai bekerjanya hormone Testoteron yang membuat perubahan pada anak laki-laki, suaranya mulai berubah begitu pula alat kelaminnya. Muka mulai ditumbuhi kumis tipis diwajahnya atau seperti pada perempuan mulai timbul jerawat, mulai ditumbuhi rambut di beberapa bagian tubuh. Hal yang paling membingungkan bagi anak apalagi jika orang tua tidak cukup membekali anak dengan pengetahuan seks sejak dini.
Bekerjanya hormone perkembangan ini pula yang harus bertanggung jawab terhadap perubahan mood pada anak. Emosi bisa naik dan turun tidak menentu. Kondisi inilah yang menyebabkan anak – anak menjadi gelisah, bingung, cemas, gundah,takut, dan berbagai perasaan lainnya. Anak mungkin menjaga jarak dengan orang tuanya dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Mungkin saja ini disebabkan karena teman sebaya juga mengalami hal yang sama sehingga ia merasa memiliki teman senasib sepenanggungan yang bisa diajak bicara.
Ayah… Ibu…. saingan kita sebagai orang tua disekitar anak sangat banyak lho…. Mulai dari teman – teman sebaya anak, televisi, game/PS, Internet, majalah,dan masih banyak lagi. Apakah kita rela membiarkan anak lebih asyik chatting dengan teman dari dunia maya dan malah cuek dengan kehadiran kita didekatnya? Akses pertemanan mulai merajalela melalui FaceBook sementara orang tua malah buta sama sekali dengan internet. Anak yang haus dengan keingin tahuan yang dalam mengenai seks pada akhirnya lebih memilih mencari informasi melalui orang lain atau situs – situs porno daripada melalui orang tuanya sendiri karena belum apa – apa orang tua sudah menutup rapat akses tersebut. Banyak orang tua yang apabila anaknya bertanya tentang masalah seks malah menghindar dengan alasan tabu atau risih membicarakannya. Kalau anak bertanya “Ma….kenapa ya burungku ( maaf, maksudnya penis) jadi membesar kalau dipegang?” bukannya menjawab secara ilmiah malah mengalihkan “Hus….kecil – kecil ngomong jorok, udah ntar juga kamu tahu.” Akibatnya anak jadi malas bertanya pada kita. ”Toh ntar aku dianggap masih anak kecil dan malu – maluin.” Maka hilanglah kesempatan emas kita untuk berkomunikasi dengan anak. Dampak lainnya , anak jadi punya pandangan negatif mengenai seks. Padahal informasi tentang seks yang diterima anak melalui orang lain atau media informatika belum tentu dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Apalagi dunia hiburan cenderung mengidentifikasikan seks secara vulgar dan dekat dengan hal- hal yang diharamkan agama. Seandainya saja orang tua bisa mengkomunikasikan pengetahuan tentang seks secara ilmiah, banyak sekali keuntungan yang didapatkan anak antara lain anak punya pandangan positif mengenai seks, anak lebih menghargai dirinya, bisa menjaga diri dan kehormatannya dan menganggap cinta dan kasih sayang adalah mukjizat dan keagungan Tuhan yang patut disyukuri. Toh berbicara seks tidak hanya sebatas urusan pemuasan nafsu biologis semata, tapi bagaimana cara kita menghargai diri sendiri dan orang lain, bagaimana memperlakukan lawan jenis, bagaimana cara kita mengungkapkan kasih sayang, memahami perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuh, memahami bagaimana siklus hidup manusia dari hanya setetes mani sampai berbentuk sempurna, dan banyak lagi hal yang bisa diangkat dari pokok bahasan ini. Bukankah kita bisa mengaitkan semua itu dengan Keagungan dan Kebesaran Tuhan.
Masa pra pubertas juga ditandai dengan munculnya privasi anak. Anak sudah tidak mau terlalu dicampuri urusannya oleh orang tua. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri. Tidak usah heran jika ada anak yang begitu kesal kalau orang tua mulai melancarkan “ interogasi” layaknya seorang polisi. Maksudnya memang bener sih……, untuk mengontrol kegiatan anak. Tapi kalau caranya salah, anak bukannya dekat dengan orang tua tapi malah menjauhi. Mereka lebih senang main rahasia dibelakang kita. Main rahasia saat naksir lawan jenis, rahasia waktu pertama kali nyoba ngerokok, rahasia punya pacar sampai harus backstreet, tapi jangan sampai rahasia nyoba narkoba atau pergaulan bebas ya….. naudzubillahi min dzalik!!!
Kehadiran sosok idola makin mewarnai kehidupan anak diusia pra pubertas. Anak mulai mencari figure lain yang dianggap mampu mengisi kekurangan yang tidak ia dapatkan dan miliki. Ingat…… anak sudah merasa orang tua bukan sosok sempurna melainkan manusia biasa yang penuh kekurangan sama dengan dirinya. Sosok idola ini mungkin belum sampai pada aktor/aktris, penyanyi atau pahlawan nasional, tetapi sosok ini biasanya yang paling dekat dan sering berinteraksi dengan anak selain orang tuanya. Beberapa anak yang kami survey menyebutkan sosok itu bisa saja om,tante,guru sekolah,guru privat, guru music, pelatih olah raganya, dsb. Alasannya juga masih sangat sederhana, figure ini dianggap “penuh perhatian dan baik hati.” Lho…….bukannya ayah ibu malah lebih perhatian? Dengan lugunya mereka menjawab, “ abis aku sering dimarahin sih, mama bawaannya curiga melulu, nanya melulu, aku kan bukan anak kecil lagi, aku udah gede……..”
Disinilah peran orang tua sebagai sahabat dibutuhkan untuk memberikan penjelasan kepada anak dan mengarahkan anak kepada hal – hal yang positif. Sahabat itu bukan orang yang kerjanya men-justice dan ngomel sepanjang hari mengomentari kekurangan anak lho..! tetapi sosok yang bisa menjadi pelabuhan bagi anak saat ia lelah mengarungi samudera kehidupan yang luas ini, bisa memberikan ketenangan disaat ia bingung dengan goncangan – goncangan kehidupan dan bisa memuaskan dahaganya atas keingin tahuan yang besar atas kehidupan ini.
Kebanyakan problem mendasar bagi orang tua dalam menghadapi anak pra pubertas adalah kurangnya waktu untuk berkomunikasi dan bagaimana cara berkomunikasi yang paling efektif. Yang harus diigat bahwa komunikasi tersebut harus bisa menghargai posisi anak sebagai subyek bukan hanya sekedar obyek. Komunikasi yang sehat harus berjalan dua arah, artinya anak pun punya kesempatan yang sama untuk mengungkapkan pendapatnya. Bagi yang pernah punya pengalaman masa kecil dengan orang tua otoriter sangat tidak menyenangkan bukan? Kalau kita mengeluarkan pendapat sedikit saja, sudah dianggap ngelawan orang tua, dianggap anak durhaka, waduh…gawat. Tapi itu dulu…….! Kalau saat ini kita nekat menerapkan pola asuh warisan leluhur, wah……..bisa- bisa kita jadi musuh nomor 1 anak. Oleh karena itu tidak salah kata – kata bijak yang mengatakan “Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya”. Nah sekarang jamannya komunikasi tanpa batas, jadi… ya orang tua harus bisa bersaing dengan tv,internet, dan media komunikasi lainnya. Kalau dulu hiburan cuma TVRI sekarang beratus – ratus chanel bisa dijelajahi anak. Kalau dulu kita harus keluar rumah untuk mendapat teman, sekarang anak tinggal duduk manis dikamar dan asyik dengan FaceBooknya.
Bagaimana ayah…ibu….apakah anda siap menjalin komunikasi dengan anak anda sebelum segalanya menjadi terlambat?
Beberapa tips yang bisa diterapkan orang tua dalam menghadapi anak di masa pra pubertas:
1. Terima anak apa adanya dan bersyukur atas kelebihan dan kekurangan anak kita. Jangan sekali – kali menginginkan anak kita seperti kita dahulu atau seperti anak lain. Misalnya mentang – mentang sang Bunda dulunya suka gaul lantas memaksakan anaknya yang orang rumahan harus bisa seperti sang Bunda. Atau melihat tetangga yang anaknya berprestasi bidang akademis, kita memaksakan anak untuk bisa rangking satu di kelas. Dengan menerima anak apa adanya maka anak akan merasa dihargai sebagai sosok individu, merasa dihormati dan merasa istimewa. Bantu anak menghadapi kelemahannya dan mendorong potensi/kelebihan yang dimilikinya.
2. Jalin komunikasi yang sehat secara terus menerus. Ingat…! Jangan bersikap seperti polisi yang sedang menginterogasi dan memposisikan anak seperti obyek pesakitan tetapi posisikan anak sebagai subyek yang bisa juga mengemukakan pendapat. Hilangkan anggapan anak suka melawan ortu dsb. Anak tidak bermaksud merendahkan orang tuanya kok, tetapi hanya ingin menyuarakan pendapatnya saja. Hal ini tentu tidak akan menghilangkan wibawa orang tua dimata anak.
3. Hormati privasi anak. Biar bagaimanapun anak sudah merasa sebagai individu yang mandiri. Jika orang tua terus menerus ingin turut campur dalam privasi anak bukan tidak mungkin hal ini malah akan mengikis jiwa mandirinya. Dalam hal ini orang tua hanya bisa memberi pendapat tanpa intervensi terlalu jauh. Jangan buru – buru menganggap anak telah menolak kehadiran anda atau menghiraukan anda, mereka hanya butuh sedikit ruang untuk menemukan jati dirinya.
4. Bantu anak untuk memahami suatu kondisi. Berikan pandangan positif atau negatif tentang suatu hal sehingga anak melatih diri untuk bisa melihat masalah dari dua sisi yang berbeda dan mampu mengambil keputusan yang terbaik terhadap suatu masalah.
5. Hormati segala keputusan dan tindakan yang diambil anak apapun hasilnya. Hal ini akan melatih tanggung jawab atas resiko yang muncul dari tindakannya. Jika ia melakukan kesalahan jangan buru - buru ber”negative thinking” dan menghukumnya. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik.
6. Penuhi rasa ingin tahunya seputar pendidikan seks semenjak dini. Pengetahuan seks yang diberikan secara benar dan ilmiah akan jauh dari kesan vulgar kok. Jadi jangan ragu memberi informasi seputar seks kepada anak anda sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan daya nalarnya.
Ayah……Ibu…… dalam menjalankan peran kita sebagai orang tua mungkin kita tidak akan menjadi orang tua yang sempurna, tapi kita bisa menjadi orang tua yang baik dan bahkan menjadi orang tua hebat yang suatu saat nanti bisa dibanggakan anak. Untuk itu setiap orang tua perlu menerapkan hal mendasar dan utama yaitu mendidik dengan kasih sayang, menyediakan cukup waktu untuk berkomunikasi, jadilah sahabat terbaik bagi anak dan rasa percaya diri yang kuat untuk bisa mendampingi anak di setiap fase perkembangannya.

Depok, Pebruari 2010

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua tentang perkembangan psikologi dan perkembangan emosional anak, sehingga bisa mencari solusi permasalahan anak dengan tepat.

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa meng-akumudir style dan potensi anak, jadi sekolah yang favorit menurut kebanyakan orang belum tentu baik untuk anak kita."Cuplikan dialog (Red)

KANTOR " BINA KREATIF "

KANTOR " BINA  KREATIF "
Alhamdulillah Kantor sekaligus tempat berbagi pengetahuan tumbuh kembang anak telah dioprasikan. Ingin Info lebih banyak silahkan Hubungi Management BKKC : 021 95192514 semoga banyak manfaatnya. Amin.

TEAM BINA KREATIF KIDS CARE

TEAM  BINA KREATIF KIDS CARE
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing , tugas kita sebagai orang tua hanyalah membimbing , mengarahkan dan mendidiknya dengan baik. Kesabaran dalam mengasuh anak adalah kunci utama keberhasilan menjadikan anak - anak yang hebat , berakhlaq dan cerdas.
 

INFO 2009

INFO  2009

CONSULTING INFORMATION

CONSULTING  INFORMATION

INGIN KONSULTASI PSIKOLOGI

INGIN  KONSULTASI PSIKOLOGI