CALISTUNG UNTUK TK , SEJAUH MANA SIH?....


Bina Kreatif Talk about …….
Artikel ini kami angkat kembali karena permintaan beberapa orang tua , bagaimana cara mengarahkan belajarnya anak….
Anak TK koq jadi tambah bingung…
Hafalan “Short Term Memory - CaLisTung”

Para orang tua dan guru yang berbahagia, suatu hari saya pernah diminta menjadi pembicara oleh salah satu pengelola TK yang ingin menyelenggarakan program parenting kepada para orangtua muridnya. Tema yang diambilnya waktu itu ada CALISTUNG kependekan dari Baca, Tulis dan Hitung. Saya bertnya pada penyelenggara, apa yang diharapkan dari saya melalui tema ini?
Begini, kami ingin memberikan pemahaman pada para orang tua bahwa di sekolah ini, kami belum mengajarkan Baca, Tulis dan hitung kepada anak di usia yang sangat dini. Namun masalahnya, para orangtua tetap saja ngotot dan terus meminta anaknya agar diajari Baca, Tulis dan Hitung.
Kemudian saya bertanya lagi, “apa alasan para orang tua meminta anaknya diajari Baca, Tulis dan hitung?”
Karena hampir semua sekolah dasar mewajibkan anak kelas 1 yang baru mendaftar harus sudah bias Baca, Tulis dan hitung.
Para orangtua dan guru yang berbahagia, saya tidak pernah lupa kejadian ini. Saya juga heran dari mana asal-usulnya, mengapa setiap sekolah dasar mewajibkan siswa baru kelas satunya bisa CALISTUNG. Padahal jika kita bandingkan dengan pendidikan - pendidikan anak usia dini yang ada di Negara - negara maju, sama sekali tidak ada kewajiban semacam ini. Program untuk anak usia dini mayoritas adalah bermain. Karena bermain, bagi anak-anak, sama dengan belajar. Mereka baru diperkenalkan Baca, Tulis dan Hitung pada kelas tiga sekolah dasar (Elementary).
Secara ilmiah, baru-baru ini saya membaca bahwa anak usia dini baru bisa memfokuskan organ visualnya pada objek tiga dimensi, oleh karenanya, alat-alat pembelajaran anak usia dini yang baik adalah berbentuk tiga dimensi. Apabila anak usia dini dipaksa untuk belajar CALISTUNG yang pada umumnya menggunakan objek dua dimensi atau tulisan di papan tulis, maka si anak akan mengalami gangguan organ visual pada usia yang lebih muda.
Para orang tua dan guru yang berbahagia , tahukah anda mengapa sekolah-sekolah yang ada di Negara maju tidak menekankan pada aspek Baca, Tulis dan Hitung, melainkan lebih menekankan pada aspek pengembangan kreativitas dan kemampuan berpikir / nalar anak?
Menurut penelitian ilmiah, secara global kemampuan otak manusia yang berkaitan dengan pembelajaran terbagi menjadi tiga hal besar. Pertama adalah kemampuan kreatif, kedua adalah kemampuan berfikir / nalar, dan ketiga adalah kemampuan mengingat.
Dari ketiga kemampuan ini, kemampuan mengingat merupakan kemampuan alami yang berifat pelengkap, sementara kemampuan kreatif dan berfikir mrupakan kemampuan utama dan vital yang akan membantu anak untuk mencapai sukses di kehidupannya kelak.
Keberhasilan hidup seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuan kreatif dan berfikirnya ketimbang kemampuan mengingatnya, atau dengan kata lain kemampuan mengingat (short term memory) hanya sebagai pelengkap saja.
Namun sayangnya, yang terjadi pada system pendidikan kita malah sebaliknya. Sejak usia dini anak-anak sudah dipaksa untuk bisa CALISTUNG, yang sesungguhnya hanyalah sebuah proses untuk mngembangkan kemampuan mengingat jangka pendek anak (Short Term Memory Learning).
Ternyata proses ini tidak hanya berhenti di suia dini saja, namun hingga dewasa mereka terus diajar dan diuji berdasarkan kemampuan mengingatnya dan bukan kemampuan kreatif atau nalarnya.
Para orangtua dan guru yang berbahagia, berikut ini adalah salah satu contoh pertanyaan yang dulu pernah diujikan pada saat kita masih bersekolah.
Apa yang terjadi antara 1825 s.d. 1830 ? Masih ingat pelajaran sejarah ? ya, pasti jawabannya adalah perang diponegoro. Para orangtua dan guru yang berbahagia, sementara saya pernah tanyakan pertanyaan yang sama pada anak-anak TK.
“Nak, siapa yang tahu apa yang terjadi antara 18.25 s.d. 18.30 ? Tiba-tiba seorang anak berteriak,” saya tahu! Saya tahu! Itu waktunya adzan maghrib. “ Bagaimana menurut anda, salahkan jawaban anak ini? Tentu saja jika ini menjawab untuk soal ujian nasional pasti akan disalahkan.
Para Orang tua dan guru yang berbahagia, sejak kecil kita tidak pernah dinilai berdasarkan nalar kita dalam menjawab soal-soal. Sejak kecil kita juga tidak pernah diberi pertanyaan yang menggunakan nalar / berfikir seperti :
Apa yang terjadi jika minyak bumi Indonesia habis ? Apa akibatnya ? ya, saat hal itu terjadi maka masyarakat kita menjadi panic. Karena sejak dulu tidak pernah dipertanyakan, apa lagi sempat dipikirkan.
Para orang tua dan guru yang berbahagia, begitulah anak-anak kita telah dibesarkan dengan system pendidikan yang tidak melatih untuk berfikir kreatif. Jadi, wajar saja jika saat ini jumlah pengangguran baru dari lulusan akademi dan universitas terus membengkak. Sementara para pelajar lulusan SMA dan ederajat terus berebut menyerbu perguruan tinggi yang pada akhirnya juga akan menjadikan mereka hanya sebagai calon-calon pengangguran baru. Sayangnya ternyata mereka juga tidak menyadari hal ini, karena memang tidak pernah dilatih untuk memikirkannya.
Para orangtua dan guru yang berbahagia, mari bersama-sama kita ciptakan sitem pembelajaran yang mengasah kemampuan berfikir anak! Bukan sekedar hafalan. Agar kelak mereka bisa melihat dan menciptakan peluang-peluang baru, bukannya melihat dan menciptakannya masalah baru bagi bangsa ini!
Ingat, pasar bebas tenaga kerja sudah di depan mata. Zaman ketika persaingan kualitas manusia akan semakin ketat! Apakah kelak anak-anak kita akan menjadi budak atau tuan rumah di negrinya sendiri, kitalah yang paling bertanggung jawab.
Sebuah catatan artikel menarik tentang membaca dan menulis menjelaskan sebagai berikut :
Anak yang diajari menulis dan membaca lebih awal ternyata membaca buku dan membuat tulisan jauh lebih sedikit daripada anak yang diajarkan baca dan menulis kemudian. Jauh lebih penting untuk menjaga rasa ingin tahu anak dengan mengembangkan kreativitas individunya daripada mengajarinya untuk membaca dan menulis diusia dini.
Dan mungkin itulah sebabnya, kita semua, para orangtua yang dulu sejak kecil sudah di paksa untuk bisa membaca agar dianggap anak pintar dan mendahului anak lain, tetapi ironisnya kini malah menjadi orangtua yang jarang atau malas membaca. Apalagi untuk membuat tulisan.
Begini penjelasan alamiahnya. Apabila yang pertama kali dirangsang adalah otak kreatif dan rasa ingin tahu anak, maka anak-anak akan menyimpan segudang pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Semakin banyak yang ingin diketahui anak maka semakin besar pula usaha untuk mencari jawabannya. Oleh karena itu, keinginan anak yang terpendam tersebut akan meledak apabila kemudian dia baru diajari bagaimana cara membaca dan menulis. Maka anak ini akan menjadi keranjingan untuk membaca dan menulis karena begitu banyak pertanyaan yang harus segera dijawab dan begitu banyak pengetahuan baru yang harus dia tulis.
Namun sebaliknya, jika yang dirangsang pertama adalah membaca dan menulis, maka otak kreatif anak ini tergantung dari rangsangan awalnya dan memiliki periode kritis hingga usia 12 tahun. Anak yang waktunya lebih terfokus untuk belajar membaca dan menulis sama sekali tidak memiliki ketertarikan, tidak punya pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, oleh karenanya dia tidak banyak menggunakan kemampuan baca tulisnya.
Mungkin itulah alas an mengapa system pembelajaran di kebanyakan Negara maju lebih mementingkan kreativitas daripada kemampuan membaca dan menulis pada anak-anak di usia dini.
Mari kita renungkan kembali, seperti apakah anak-anak kita dirumah dan disekolah telah dididik?
Bina Kreatif Oktober 2009

NGOBROL ASYIK BARENG KAK WIEN

Bina Kreatif Talk Abaut ….
Bagian Pertama
Semua Anak Itu Cerdas
Mengawali dialog di sebuah acara , saya lontarkan pertanyaan yang mungkin sangat sederhana dan tidak memerlukan jawaban. “Siapa yang senang mempunyai anak pendiam dan pasif ?” pasti jawabannya tidak senang. Selanjutnya saya tanyakan “Siapa yang senang mempunyai anak tidak bisa diam ( Selalu bikin emosi orang tua ) ?” pasti jawabannya juga tidak mau.
Orang Tua yang budiman , kedua pertanyaan diatas menunjukkan betapa kita sangat mengharapkan dan mendambakan anak – anak yang menyenangkan dan Smart ( Cerdas ) , akan tetapi berapa banyak diantara kita tidak memahami permasalahannya, bagaimana mungkin anak anak kita akan memahami kalau kita sendiri sebagai orang tua juga kurang memahami perkembangan anak , bagaimana mungkin anak – anak kita akan mendengarkan kata – kata kita , sementara kita sendiri jarang mendengarkan keluhan mereka. Akibatnya akan sering muncul konflik yang berkepanjangan, saling menyalahkan , orang tua semakin otoriter sementara anak semakin memberontak.
Kondisi tersebut sering terjadi dan mungkin juga kita alami sampai saat ini dalam mendidik anak. Perhatikan gambaran dibawah ini :
Karakter Positif anak :
SMART , CERIA, SANTUN , SEMANGAT , MANDIRI , KREATIF, DINAMIS…
Persepse negative terhadap anak :
Bodoh , Nakal , bandel , suka membantah , usil , cengeng , kolokan , ……

Dari Gambar versus diatas yang bisa dijelaskan bahwa semua anak itu “Smart”/ Cerdas , ada anak yang cerdasnya di angka – angka atau logis matematik sehingga anak tersebut memiliki kesenangan belajar yang berkaitan dengan angka – angka , terkadang dialihkan sangat sulit apalagi dengan cara – cara yang tidak menyenangkan (kasar) pasti anak menjadi enggan untuk belajar. Ada juga yang memiliki kecerdasan bahasa atau sering diistilahkan memiliki kecerdasan linguistic yang lebih dominan, hal inilah yang memungkinkan anak jadi lebih cepat mengenal huruf , membaca ataupun menulis. Ada juga anak yang memiliki kecerdasan Spasial / gambar , kecerdasan Kinestetik ( Gerak tubuh ) , kecerdasan music , kecerdasan emosional , kecerdasan inter personal , kecerdasan intra personal , kecerdasan Natural, dan masih banyak lagi kecerdasan yang dimiliki anak – anak. Dengan demikian orang tua tidak perlu lagi cemas dengan kondisi anak – anaknya, gara – gara hanya belum bisa membaca dianggap anak kita bodoh, lalu disbanding – bandingkan dengan teman – teman seusianya yang sudah bisa membaca. “Tuh, lihat temanmu sudah bisa membaca kamu koq sulit banget sih diajari membaca!!” sampai – sampai tidak sedikit orang tua yang pada akhirnya memaksa anak – anak nya untuk mengikuti kursus-kursus yang mestinya belum perlu. ( Usia berpapa sih anak boleh Kursus? Bisa dilihat di bagian selanjutnya ). Ada yang akhirnya ikut les membaca , les bahasa inggris , les Kumon , Jari Matika , Sempoa , Jari cerdas , dan lain – lainnya, Akhirnya anak – anak pun terpaksa mengikuti kemauan orang tua, sedangkan hal itu jelas mengurangi kesempatan anak untuk bermain dan beraktivitas sebagai anak yang tumbuh dan berkembang. Apa akibatnya kalau beban otak anak menjadi berlebihan , tentu saja bisa berakibat pada kerusakan otak anak, dan saat ini sudah banyak yang mengalami seperti yang paling ringan anak jadi stress ringan yang berimbas pada konsentrasi yang menurun , daya piker , daya ingat dan daya nalar yang semakin menurun, juga mengakibatkan menurunnya semangat dalam belajar.
Coba kita ambil beberapa contoh orang orang sukses dan berhasil dengan kecerdasannya masing – masing. Ada Rudi Choirudin yang ahli memasak , Rudi Hadi Suwarno yang memang ahli di bidang tatarias rambut, Rudi Hartono yang ahli Olah raga bulu tangkis sampai memenangkan beberapakali Thomas cup, Rudi Salam jagonya beracting bahkan sebagai actor senior di perfilm-an tanah air. B.J.Habibie yang ahli tekhnologi. Mereka semua memiliki karakteristik dan kecerdasan yang berbeda beda dan tidak mungkin mereka dikompetisikan dalam satu bidang , jelasa yang menang yang paling menguasai bidang nya. Misalnya Rudi Choirudin dikompetisikan dengan Rudi hadi suwarno dalam kompetisi menata rambut, jelas yang akan menang Rudi Hadi Swuwarno, sementara Rudi Choirudin bisa jadi riasan rambutnya seperti “Sup Brokoli” Nah disinalah pentingnya orang tua memahami dan menyikapi bagaimana kecerdasan anak – anak kita.
Jangan sampai salah memahami anak – anak , sebab anak - anak itu investasi kita , investasi dunia akhirat. Saya pernah berdialog dengan senior pemerhati anak. “Apa yang kita berikan pada anak – anak baik itu perhatian , kasih sayang , kesempatan meluangkan waktu yang cukup , tentu saja akan kita rasakan ketika nanti anak – ank kita memasuki kedewasaan.” Ada suatu pemaparan pengalaman dari Seorang ayah yang menyesali tindakannya dahula ketika anak – anaknya masih kecil remaja bahkan sampai dewasanya.
“Beliau saat ini ada di salah satu panti jompo mewah dikawasan Jakarta Utara, dalam keadaan seperti ini beliau sangat tersiksa batinnya, tidak ingin hal ini terjadi, tetapi semuanya sudah terlanjur “Nasi telah menjadi bubur” yang beliau sangat dambakan adalah bisa berkumpul dengan anak – anak dan Cucu – cucunya yang saat ini sudah berada dalam kemawahan dan kesuksesannya.”
“Saya berada di Panti jompo ini, juga karena ulah saya sendiri !!” katanya. “Dulu ketika anak – anak saya masih kecil –kecil , mereka saya abaikan , saya lebih asyik dengan profesi dan karir yang makin menanjak, bahkan saya lebih banyak diluar daerah , luar negri ketimbang bersama anak – anak dan keluarga, saya terpedaya dengan kemewahan , lebih saya pentingkan materi dan kemewahan ketimbang bermain bersama anak.” Keluh beliau sambil meneteskan air mata.
“Saya menyesal dan sangat menyesal , tidak memahami dan tidak bisa menghantarkan anak – anak saya sampai remaja bahkan sampai dewasanya, bahkan sampai waktu pernikahan anak – anak saja saya lebih sibuk dengan pekerjaan diluar negri.” Tambahnya sambil mengusap air mata yang masih keluar.
Bapak ibu yang budiman, contoh kisah nyata diatas jelas memberikan gambaran kepada kita beta pentingnya perannan kita sebagai orang tua dalam mendidik anak – anak.
Salah mendidik anak , Ups …jangan sampai dech !!!!

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua tentang perkembangan psikologi dan perkembangan emosional anak, sehingga bisa mencari solusi permasalahan anak dengan tepat.

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa meng-akumudir style dan potensi anak, jadi sekolah yang favorit menurut kebanyakan orang belum tentu baik untuk anak kita."Cuplikan dialog (Red)

KANTOR " BINA KREATIF "

KANTOR " BINA  KREATIF "
Alhamdulillah Kantor sekaligus tempat berbagi pengetahuan tumbuh kembang anak telah dioprasikan. Ingin Info lebih banyak silahkan Hubungi Management BKKC : 021 95192514 semoga banyak manfaatnya. Amin.

TEAM BINA KREATIF KIDS CARE

TEAM  BINA KREATIF KIDS CARE
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing , tugas kita sebagai orang tua hanyalah membimbing , mengarahkan dan mendidiknya dengan baik. Kesabaran dalam mengasuh anak adalah kunci utama keberhasilan menjadikan anak - anak yang hebat , berakhlaq dan cerdas.
 

INFO 2009

INFO  2009

CONSULTING INFORMATION

CONSULTING  INFORMATION

INGIN KONSULTASI PSIKOLOGI

INGIN  KONSULTASI PSIKOLOGI