SENI EMOSIONAL

“Bina Kreatif” talks about…………………

MEMARAHI ANAK, BOLEH………………asal???


Ketenangan sore itu tiba – tiba dikejutkan oleh sebuah suara keras,”Dasar anak bego kamu, goblok! Masa mengerjakan soal gampang gini aja gak bisa sih??!! Jangan malu – maluin mama dong…… teman – teman kamu yang lain aja bisa, masa kamu gak bisa sih……” Terlihat Edo, sikecil yang masih duduk dibangku TK B itu terdiam dan tertunduk sedih mendengarkan bentakan dan omelan dari sang mama. Memang semenjak Edo bersekolah disekolah favorit yang terbilang elit dan bergengsi di kotanya,dimana teman- teman mama Edo juga menyekolahkan anak anaknya, mama Edo terlihat semakin gencar memaksa Edo “BELAJAR”. Pokoknya segala hal dilakukan termasuk memasukkan Edo ke beberapa kursus tambahan. Alasannya sih, ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, dan yang penting “gak malu – maluin”.

Kisah sedih dialami Dody, seorang anak berumur 6 tahun. Ayahnya seorang militer yang terkenal memegang disiplin keras. Kalau Dody melakukan kesalahan sedikit saja dimata sang ayah,ayah tidak segan- segan berlaku kasar. Bayangkan saja…..Dody pernah dipukul dengan sabuk tentara (sabuk besar, yang memiliki mata sabuk dari logam) berkali – kali hanya karena Dody menolak tidur siang!

Lain lagi cerita Andi ( 7 tahun) anak kelas 2 SD ini termasuk anak yang pintar disekolahnya. Prestasi akademisnyapun tidak mengecewakan. Ia termasuk anak yang periang dan tidak pernah menampakkan wajah murung. Namun dibalik sikapnya yang menyenangkan, ternyata Andi mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari sang ayah. Andi sering ditampar, dijewer telinganya, atau dipukuli pantatnya karena hal sepele. Seperti sore itu kemarahan ayah Andi meledak karena Andi menyetel TV dengan volume yang keras. Padahal ayah baru saja pulang bekerja dalam kondisi yang sangat lelah. Andi pun merasa bahwa itu semua memang kesalahannya. Padahal bukankah anak seusia Andi masih berada dalam fase eksplorasi yang ingin mencoba segala hal yang baru? Tidak adakah solusi lain dari sang ayah agar Andi bisa memahami kondisi ayah yang sedang lelah? Akibat perlakuan ayahnya, bisa ditebak Andi menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan akhir – akhir ini bu guru sering mendapati Andi “pipis” didalam kelas.
Bahkan beberapa waktu lalu kita dikejutkan oleh berita anak yang dikurung didalam kamar kecil selama berhari – hari dalam kondisi tanpa makan dan minum dan ternyata pelakunya adalah ibu tirinya sendiri.
Kejadian yang dialami Edo, Dody, Andy dan banyak anak- anak lainnya terasa akrab ditelinga kita bukan? Bahkan mungkin tanpa kita sadari diri kita sendiri sering berlaku kasar kepada anak dengan berbagai sebab.
Lho…..kalau alasannya ingin mendisiplinkan anak gimana? Ayah…….Ibu……..,marah atau kita ganti saja dengan istilah menegur anak boleh – boleh saja. Tapi ada aturan mainnya sendiri. Sebelum kita sampai pada pembahasan gimana sih aturan main saat marah pada anak, ada baiknya kita mengenal tentang “child abuse”.
Perlakuan orang tua yang tidak sepantasnya terhadap anak bisa dikategorikan sebagai “child abuse” atau kekerasan terhadap anak. Hal ini bisa muncul dalam beberapa bentuk yaitu:
Kekerasan seksual, berupa penyalahgunaan anak demi memperoleh kesenangan seksual.
Kekerasan fisik, dapat berupa pemukulan, penendangan, atau tindakan apapun yang bisa mencederai fisik anak.
Pengabaian, dapat berupa pengabaian terhadap pemberian makanan dan nutrisi, pengabaian terhadap pemberian pakaian , maupun perawatan anak.
Kekerasan mental,dapat berupa makian, kata – kata yang memojokkan, menakut – nakuti, sampai sikap penolakan terhadap anak.

Dari bermacam- macam kekerasan diatas, memang kekerasan mental tidak menimbulkan luka secara fisik. Namun secara psikologis menimbulkan luka kejiwaan dan dampak negatif pada anak yang pada umumnya terbawa sampai anak dewasa.
Keras tidaknya sikap orang tua terhadap anaknya memang tergantung pada pola pengasuhan masing – masing orang tua. Dan ini memang menjadi hak orang tua sepenuhnya. Namun pantaskah kita mengabaikan hak anak – anak untuk mendapatkan perlakuan sewajarnya demi pertumbuhan dan perkembangannya? Rasanya tidak adil jika orang tua terlalu menuntut anaknya melakukan semua keinginan orang tua dan diharuskan memahami semua perlakuan ayah ibunya sementara hak anak terabaikan.

Ada beberapa faktor yang disinyalir menjadi penyebab kekerasan pada anak, antara lain:
Orang tua tidak paham dengan fase perkembangan anak. Tubuh anak yang kecil dan kelihatan rapuh memang sangat rawan terhadap tindak kekerasan. Padahal anak – anak sedang mengembangkan dirinya dengan mencoba segala hal yang baru. Kegiatan mereka tentu saja membutuhkan ruang gerak yang luas. Namun saat anak melompat – lompat, berlarian, merangkak, berteriak- teriak,seringkali membuat semua orang tua jengkel dengan segala kehebohan yang dibuat anaknya. Akibatnya orang tua tidak mampu menahan marah. Kondisi ini akan semakin parah apabila lingkungan sekitar rumah sempit dan tidak memungkinkan anak mengeksplorasi motoriknya.
Kondisi fisik anak. Faktor ini sering muncul pada orang tua yang memiliki anak yang cacat fisik atau bahkan “special need child”. Sikap penolakan orang tua umumnya terjadi karena orang tua merasa malu mempunyai anak yang cacat fisik/mental. Akibatnya orang tua menjadi tidak sabar menghadapi anak dan menutupi kekurangan anaknya dari pandangan orang lain. Bisa juga karena ketidak pahaman orang tua pada kelainan anak. Anak dicap bandel karena tidak bisa diam, dipukuli, diikat, padahal setelah diperiksa anak tersebut menderita ADHD yang tentu saja tidak pernah bisa diam, hiperaktive, dan cenderung mengganggu temannya.
Keinginan untuk menerapkan disiplin ke anak. Umumnya kekerasan muncul pada penerapan disiplin yang bersifat otoriter. Apa saja yang dikatakan orang tua harus dituruti oleh anak. Anak tidak punya hak untuk menolak atau membela diri. Orang tua mengharapkan terlalu banyak dari anak anak mereka dan seringkali memperlakukan sikecil seperti layaknya orang dewasa. Mereka sering tidak bisa membedakan antara menegakkan disiplin dengan perlakuan keras pada anak- anak.
Kondisi emosional orang tua yang tidak stabil. Mungkin saja ini diakibatkan orang tua memiliki latar belakang yang menempatkan dirinya sebagai korban kekerasan. Ketidakstabilan emosi sering kali dijumpai pada ibu- ibu setiap menjelang masa menstruasi. Pada masa ini para ibu berada pada masa yang sensitif dan mudah marah karena hal sepele sekalipun. Bahkan kadang kadang tanpa sebab sang ibu bisa tiba- tiba marah. Anak adalah sasaran yang paling mudah dijumpai dirumah.
Munculnya masalah sosial – ekonomi dalam keluarga, misalnya adanya tekanan ekonomi dan tekanan pada pekerjaan. Ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu juga bisa menimbulkan kasus kekerasan pada anak. Anak menjadi ajang pelampiasan kemarahan ibu saat tidak ada ayah atau sebaliknya.

Tentu saja kekerasan yang terjadi pada anak menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental anak. Beberapa dampak yang mungkin terjadi :
Pada saat kekerasan dilakukan selama masa kritis perkembangan bicara, anak seringkali mengalami keterlambatan bicara ataupun kesulitan berbicara.
Terjadi kecenderungan anak menjadi hiperaktive, dan sulit dikontrol emosinya.
Anak mempunyai perasaan negative terhadap dirinya,seperti tidak punya harapan, merasa tidak berguna, merasa tidak mampu, malu, merasa bersalah ketika berhadapan dengan orang lain.
Anak menjadi apatis dan pasif, tidak memiliki kepribadian sendiri dan hanya mengikuti kemauan orang tua, kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain, merasa benci kepada diri sendiri, sehingga menimbulkan sifat suka menyakiti diri sendiri, yang menjadi asal mula keinginan bunuh diri.
Harus diwaspadai adanya kerusakan fisik yang berhubungan dengan saraf.

Setelah mengetahui dampak yang mungkin terjadi pada anak yang mengalami kekerasan fisik, sebaiknya para orang tua mulai intropeksi diri apakah kita secara sadar atu tidak telah melakukan kekerasan pada anak kita.
Langkah- langkah yang bisa ditempuh untuk menghindari kekerasan yang mungkin terjadi adalah:
Perbanyak ilmu tentang metode pengasuhan anak. Walaupun tugas mengasuh anak adalah karunia Allah yang tumbuh secara alami, tidak ada salahnya bukan kalau setiap orang tua giat mencari info tentang fase perkembangan anak. Dengan demikian orang tua akan lebih bisa memahami setiap tingkah laku si buah hati.
Berusaha untuk bisa mengendalikan diri. Biasanya untuk mendapatkan apa yang diinginkan, anak-anak kerap mempermainkan emosi kedua orang tuanya dengan cara menangis, berteriak, berguling-guling ditanah, dsb. Jangan terpancing emosi. Cara terbaik adalah tetap diam dan tidak menanggapi ulah si kecil.
Menjadi sahabat bagi anak. Artinya tercapai kondisi dimana anak bebas bercerita apa saja tanpa takut dimarahi, dipojokkan, atau dipersalahkan. Memang sulit menjadi sahabat bagi anak, tapi tidak ada salahnya dicoba kan? Kebanyakan orang tua baru sebatas teman bagi anak. Jika anak sudah merasa sangat dekat dengan orang tuanya, maka orang tua tidak perlu susah- susah memberitahu anak karena biasanya anak lebih mendengarkan kata- kata orang tuanya ketimbang orang lain. Dalam hubungan persahabatan orang tua – anak akan terjalin komunikasi dua arah yang memberikan dampak positif bagi orang tua maupun bagi anak.
Penerapan disiplin dilaksanakan sesuai kesepakatan dengan anak. Penerapan disiplin sebenarnya berhubungan dengan pemberian hukuman yang efektif. Harus ada kesepakatan sebelumnya dengan anak tentang konsekuensi apa saja yang bakal diterima anak saat penegakan disiplin itu dijalankan. Sebelum diterapkan disiplin anak perlu diberi tahukan reward atau hukuman apa yang bakal diterima anak jika mengikuti atau melalaikan peraturan. Disarankan hukuman yang diterima bukan yang bersifat menyakitkan tetapi bersifat menyadarkan anak. Sangsi yang bisa dicoba adalah mengurangi aktivitas yang disukainya. Misalnya, jatah main sepeda atau main game.
Kalau ayah atau ibu terlanjur dalam kondisi sangat marah,segera menjauh dari anak. Cari cara yang paling cepat untuk menurunkan emosi kita. Masing – masing orang punya cara sendiri, ada yang langsung masuk kamar, ada yang mandi untuk menyegarkan badan,dll. Temukan cara yang paling sesuai dengan anda.

Ayah – ibu, marah adalah bentuk emosi negative yang bisa sangat merugikan bila tidak dikelola dengan baik. Namun bukan berarti orang tua tidak boleh menegur kalau anak melakukan kesalahan. Menegur tidak perlu dengan kekerasan kan……akibatnya anak malah menjauh dari orang tua. Teguran yang disampaikan dengan santun dan tidak menyakiti hati anak akan memberikan efek emosional yang sangat baik bagi anak. Bisa jadi sikap orang tua yang suka memukul anak merupakan “blue – print” orang tuanya dimasa lalu. Mulai sekarang maafkan kesalahan oang tua kita yang dulu dan jangan ulangi hal yang sama terhadap anak kita.

Bagaimana kalau kita melihat, mendengar atau mengetahui tindak kekerasan pada anak yang dilakukan tetangga atau orang dilingkungan kita? Segera laporkan kejadian tersebut ke Kepolisian, LSM anak, atau kelembaga –lembaga yang mengurusi kekerasan anak dan rumah tangga. Bagaimanapun peran serta masyarakat sebagai pengawas dianggap paling efektif untuk mengetahui tindak kekerasan baik ada anak maupun kekerasan yang terjadi pada perempuan.

Dibawah ini tercantum lembaga – lembaga yang bisa dihubungi:
Mitra Perempuan, Jl. Tebet Barat Dalam IIIA No. 26 Jakarta Selatan. 021 -83790010
KOMNAS Anak, Jl. Tebet Timur IV/29,Jakarta Selatan. 021 - 83702625.
Pusat Krisis Terpadu, Instalasi Gawat Darurat Lantai II,RSUPN Cipto Mangunkusumo, jl. Diponegoro no. 71 Jakarta Pusat. 021 - 3162261
SIKAP (Solidaritas Anti Kekerasan Terhadap Anak Dan Perempuan) Jl. Salemba Raya no 99 Jakarta. 021 - 31906933
LPA (Lembaga Perlindungan Anak) Jakarta, Jl. Tanjung no, 8, 021 - 327112
RPK (Ruang Pelayanan Khusus) POLDA METRO JAYA,Jl.Jend. Sudirman no 55, Jakarta Selatan. 021 - 5234333,5234559
RPK POLRES METRO DEPOK. Jl. Margonda Raya Depok, 021 -7520014,7759910,7760901.

Semoga tulisan ini membuat kita sebagai orang tua bertambah bijak menghadapi tingkah polah anak- anak kita, amin………




Tulisan ini diambil dari berbagai sumber dan pengalaman.

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)

SEMINAR PSIKOLOGI ( Sasaran Orang tua dan pelaku Pendidikan)
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua tentang perkembangan psikologi dan perkembangan emosional anak, sehingga bisa mencari solusi permasalahan anak dengan tepat.

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"

"SMART Parenting Bina Kreatif Kids Care"
"Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa meng-akumudir style dan potensi anak, jadi sekolah yang favorit menurut kebanyakan orang belum tentu baik untuk anak kita."Cuplikan dialog (Red)

KANTOR " BINA KREATIF "

KANTOR " BINA  KREATIF "
Alhamdulillah Kantor sekaligus tempat berbagi pengetahuan tumbuh kembang anak telah dioprasikan. Ingin Info lebih banyak silahkan Hubungi Management BKKC : 021 95192514 semoga banyak manfaatnya. Amin.

TEAM BINA KREATIF KIDS CARE

TEAM  BINA KREATIF KIDS CARE
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing - masing , tugas kita sebagai orang tua hanyalah membimbing , mengarahkan dan mendidiknya dengan baik. Kesabaran dalam mengasuh anak adalah kunci utama keberhasilan menjadikan anak - anak yang hebat , berakhlaq dan cerdas.
 

INFO 2009

INFO  2009

CONSULTING INFORMATION

CONSULTING  INFORMATION

INGIN KONSULTASI PSIKOLOGI

INGIN  KONSULTASI PSIKOLOGI